Seringkali sebagai trader kita dikuasai keinginan untuk mendapatkan keuntungan instan dengan berkali-kali membuka posisi meskipun kondisi pasar masih sedang sepi pergerakan atau sideway. Sama halnya ketika muncul sinyal trading dari indikator, beberapa trader langsung membuka posisi tanpa berusaha menyaring noise, sehingga mereka terjebak oleh sinyal trading palsu.
Masalah mulai muncul, ketika ternyata secara perlahan ekuitas atau deposit akun mengalami "pendarahan" karena jumlah posisi rugi (loss) terus membengkak melebihi perolehan keuntungan. Jika dibiarkan tanpa perbaikan, bukan tidak mungkin akun bermasalah tersebut akan segera menyentuh batas Margin Call.
3 Tips Sederhana Menghindari Sinyal Trading Palsu
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko terjebak sinyal palsu adalah dengan menghindarinya. Berikut adalah metode-metode mudah dan praktisnya:
Hindari Time Frame Super Rendah
Ketagihan buka posisi trading di Timeframe dalam hitungan menit? Jika tujuan awalnya adalah untuk mencari keuntungan instan dari pergerakan kecil di Timeframe rendah, maka bersiaplah juga untuk menderita kerugian beruntun.
Contoh:
Dari contoh chart XAU-USD dengan Timeframe 5 menit (M5) di atas, pola candlestick pada lingkaran biru (Engulfing Bearish) mengindikasikan bahwa harga berpotensi cukup tinggi untuk bergerak menurun setelah mencapai puncak. Candlestick berikutnya ternyata adalah Doji, dengan indikasi bahwa antara buyer dan seller masih berupaya untuk saling menekan. Jika Anda membuka posisi tepat pada level penutupan candlestick Doji tersebut, maka 10 menit berikutnya, keuntungan sebesar 100 pip dari posisi Short (Sell) sudah bisa dinikmati.
Namun, masalah utamanya setiap candlestick tersebut hanya berlangsung selama 5 menit saja. Jadi, jika Anda terlalu lama menahan posisi, keuntungan akan terhapus. Lebih buruknya lagi, jika posisi baru dibuka karena terlambat mengikuti pergerakan pasar atau terjebak sinyal palsu (lingkaran merah), maka kerugian dengan mudah juga mencapai ratusan pip dalam waktu singkat.
Jangan Terlalu Bergantung Pada Satu Indikator Saja
Seperti yang dicontohkan pada chart XAUUSD (M5) sebelumnya, sinyal trading dari satu indikator saja masih belum cukup akurat untuk dijadikan dasar pembukaan posisi. Selalu gunakan indikator pendukung lain sebagai konfirmator untuk meningkatkan akurasi sinyal trading. Misalnya jika indikator MACD menghasilnya sinyal sell, cek apakah ada tanda-tanda konfirmasi serupa dari pergerakan harga dari beberapa candlestick terakhir (Price Action).
Hindari Kustomisasi Indikator Super Rumit Atau Tak Efisien
Terlalu banyak tumpukan indikator bersliweran di chart juga beresiko tinggi untuk menghasilkan sinyal trading palsu. Satu indikator berlawanan arah dengan indikator lain saja sudah membuat kita ragu untuk buka posisi, apalagi lebih dari itu.
Sebaiknya, gunakan indikator sederhana yang Anda kenal dan pahami betul cara kerjanya. Jangan terlalu sering mengganti atau mencoba-coba indikator baru hanya karena ingin mengikuti metode trader lain.
Tentu saja masih ada tips-tips lain untuk menghindari sinyal palsu. Anjuran-anjuran di atas masih bisa dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan dan strategi trading masing-masing.
Bagaimana Cara Membedakan Sinyal Trading Akurat Dengan Sinyal Trading Palsu?
Langkah selanjutnya, saring sinyal trading palsu sebelum membuka posisi trading. Pastikan bahwa order market hanya dieksekusi berdasarkan konfirmasi sinyal trading akurat. Ikuti langkah-langkah berikut:
Ketahui Arah Dan Kekuatan Trend Terkini
Proses identifikasi arah dan kekuatan trend adalah langkah pertama untuk menyaring sinyal trading palsu. Maksudnya, bila muncul satu trading sinyal dengan arah yang berlawanan dengan arah trend terkini, maka Anda perlu ekstra hati-hati.
contoh:
Pada chart EURUSD (Daily) di atas, Trendline Channel memberikan petunjuk visual bahwa trend mendaki masih berlanjut dengan kuat. Dalam kondisi ini, peluang Buy pada batas-batas support garis bawah trendline peluang untungnya jauh lebih tinggi daripada peluang Sell.
Perhatikan munculnya sinyal Sell pada MACD (lingkaran merah bawah) diikuti oleh terbentuknya pola candlestick Three Outside Down (lingkaran merah atas), seharusnya harga sudah mulai bergerak turun dari puncaknya. Namun, berikutnya ternyata harga malah berbalik arah tepat di garis tengah Trendline Channel hingga menembus batas atas resistance.
Dari contoh di atas, kita dapat menyaring sinyal trading palsu dengan mengetahui arah dan kekuatan trend umum. Resiko lebih besar jika sinyal trading muncul berlawanan dengan trend.
Latih Kesabaran Menunggu Konfirmasi Sinyal Trading
Meskipun sinyal trading mulai tampak meyakinkan, jangan terburu-buru buka posisi. Tunggu dulu konfirmasi dari indikator pendukung sampai benar-benar searah dengan sinyal trading.
Contoh:
Pada chart EUR/USD di atas, lingkaran biru pertama dari kiri menyorot potensi reversal saat harga mendekati resistance Trendline Channel. Peluang sell juga telah dikonfirmasi oleh garis MACD yang memotong garis sinyal dari atas. Berikutnya, harga bergerak menurun meski sempat rebound sementara. Begitu pula dengan lingkaran biru kedua dari kiri.
Perhatian apa yang terjadi pada sinyal trading sell (Three Inside Up) di lingkaran merah. Selain bergerak melawan trend umum, sinyal palsu ini juga tidak dikonfirmasi oleh bantuan indikator pendukung lain.
Menunggu konfirmasi dari indikator pendukung memang membutuhkan kesabaran ekstra karena trader pada umumnya khawatir tertinggal peluang trading. Meskipun begitu, lebih baik tertinggal pergerakan beberapa pip daripada terjebak sinyal palsu.