Level support dan resistance lazim dipergunakan sebagai acuan entry maupun exit dalam trading forex. Akan tetapi, banyak trader pemula mengalami kesulitan dalam menentukan level support dan resistance. Apalagi jika kondisi pasar sedang trending dan berfluktuasi dengan sangat cepat.
Untuk memahami topik tersebut, pertama-tama Anda sebaiknya menyimak artikel sebelumnya mengenai pengertian support dan resistance secara umum. Setelah itu, barulah menyimak artikel ini. Artikel ini akan mengulas seputar support (S) dan resistance (R) serta cara menggunakannya saat suatu pair mata uang sedang mengalami tren bearish maupun bullish. Ulasan berfokus pada saat harga bergerak cukup kencang dalam volume tinggi.
Yang perlu disiapkan sebelum menganalisis adalah menarik garis tren dari kiri ke kanan. Langkah menarik garis ini bukan sekedar corat-coret, tetapi juga membutuhkan insting dan kepekaan agar tidak sampai salah gambar maupun keliru menerjemahkan maknanya.
- Pada pair yang mengalami tren bullish, akan terbentuk garis tren untuk menghubungkan level-level terendah yang makin lama makin tinggi (increasing lows). Selanjutnya, garis tren ini akan berperan sebagai support.
- Pada pair yang mengalami tren bearish, akan terbentuk garis tren untuk menghubungkan level-level tertinggi yang makin lama makin rendah (decreasing highs). Selanjutnya, garis tren ini akan berperan sebagai resistance.
Setelah berhasil menarik garis-garis tersebut, Anda dapat langsung memanfaatkannya untuk menemukan sinyal entry (panduan open posisi). Apa maksudnya? Berikut ini penjelasannya:
Menentukan Sinyal Beli
Sebagai contoh, perhatikan grafik pergerakan harga AUD/USD yang sedang mengalami tren bullish pada timeframe D1 di bawah ini:
Pada pasangan mata uang AUD/USD di atas, Anda dapat menggambar garis tren miring yang meninggi ke kanan. Pada saat terjadi trend bullish, titik awal garis tren ditempatkan pada level terendah yang terlihat pada grafik (contoh yang dilingkari warna hijau). Setelah Anda membuat garis, maka aturan sinyal open posisinya adalah:
- Sinyal yang dicari dalam bentuk garis tren ini hanyalah "buy"
- Tunggu hingga pergerakan harga menyentuh support dan ada sinyal memantul naik (bounce), itulah sinyal beli yang akurat.
Menentukan Sinyal Jual
Berkebalikan dengan contoh sebelumnya, di sini kita akan menelaah pergerakan di sekitar tren bearish yang terjadi dalam pair USD/CHF pada timeframe D1.
Pada pasangan mata uang USD/CHF di atas, Anda dapat menggambar garis tren miring yang menurun ke kanan. Pada saat terjadi trend bearish, titik awal garis tren ditempatkan pada level tertinggi yang terlihat pada grafik (contoh yang dilingkari warna pink). Setelah Anda membuat garis, maka aturan sinyal open posisinya adalah:
- Sinyal yang dicari dalam bentuk garis tren ini hanyalah "sell"
- Tunggu hingga pergerakan harga menyentuh resistance dan ada sinyal memantul turun (bounce), itulah sinyal beli yang akurat.
Setelah mengetahui teknis ini, boleh jadi Anda bertanya-tanya, bisakah garis tren ini dimanfaatkan untuk menentukan kapan bisa close posisi? Jawabannya, tentu bisa. Pada tren bullish, pasang level Stop Loss tepat di bawah garis support. Pada tren bearish, pasang level Stop Loss tepat di atas garis resistance. Sedangkan level Take Profit dapat ditentukan sesuai aturan rasio risk/reward dalam rencana trading Anda, atau hingga munculnya pola candlestick tertentu yang menandakan pembalikan arah. Sangat mudah, bukan!?
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan: Anda bisa menggunakan level support-resistance pada timeframe berapa pun. Tapi, level support-resistance pada setiap timeframe itu berbeda-beda. Apabila Anda telah menentukan open posisi berdasarkan level support-resistance pada suatu timeframe, maka tentukanlah close posisi berdasarkan timeframe yang sama. Jangan lakukan hal konyol seperti open posisi pada timeframe H1, tetapi aturan close-nya berdasarkan timeframe D1.
Tertarik mendalami topik ini lebih jauh untuk dijadikan referensi trading forex? Baca juga artikel "5 Hal yang Wajib Diketahui Tentang Level Support-Resistance".