EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 151.430   |   GBP/USD 1.261   |   AUD/USD 0.649   |   Gold 2,194.05/oz   |   Silver 24.68/oz   |   Wall Street 39,760.08   |   Nasdaq 16,399.52   |   IDX 7,288.81   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   Pound Sterling menghadapi tekanan di tengah kuatnya penurunan suku bunga BoE, 23 menit lalu, #Forex Fundamental   |   Menurut analis ING, EUR/USD berpotensi menuju 1.0780 atau mungkin 1.0750 di bawah Support 1.0800. , 24 menit lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik ke dekat level 0.9060 karena penghindaran risiko, amati indikator utama Swiss, 25 menit lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD menarget sisi bawah selanjutnya terletak di area 1.2600-1.2605, 26 menit lalu, #Forex Teknikal   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 6 jam lalu, #Saham Indonesia

Indikator Leading Dan Lagging

Penulis

Sebagai salah satu instrumen analisa teknikal, indikator trading bisa bersifat leading atau lagging. Lantas, apa sajakah contoh indikator leading dan lagging itu?

Pernahkah Anda menggunakan indikator yang bersifat leading atau lagging? Jika ya, Anda pasti setidaknya mengerti seperti apa dua sifat dasar yang dimiliki indikator ini. Secara umum, indikator leading dan lagging ada dalam setiap indikator. Keduanya berfungsi menginformasikan kondisi pasar pada trader. Namun secara spesifik, apa yang membedakan keduanya? Mari ikuti ulasannya.

 

Indikator Leading

"Lead" dalam bahasa Indonesia artinya "memimpin"; demikian halnya dengan indikator ini. Indikator leading adalah indikator yang cenderung mendahului atau memimpin pergerakan harga, sehingga dalam penerapannya diharapkan dapat "memimpin" trader sebelum mengambil keputusan.

Keunggulan indikator leading ini adalah dapat mengkonfirmasi pergerakan harga hanya dari 1 candle saja, sehingga akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan entry dengan cepat. Namun sebenarnya, trading menggunakan indikator leading ini terkesan risky but tricky. Benar memang jika indikator leading dapat memberi sinyal entry lebih cepat, tetapi juga besar kemungkinan sinyal yang ditunjuknya adalah false signal. Dalam kondisi seperti ini, keterampilan dan jam terbang masing-masing trader menjadi salah satu kunci penting menghindari kesalahan sinyal. Selain itu, berbagai tips mengindari false signal juga bisa dijadikan referensi tambahan.

Dalam aplikasinya di chart, indikator-indikator dengan sifat leading ini umumnya termasuk dalam golongan Oscillator, yakni jenis indikator teknikal yang bisa menunjukkan kondisi Overbought dan Oversold. Apabila Anda ingin trading dengan memanfaatkan sinyal dari indikator leading, maka beberapa opsi Oscillator berikut ini bisa Anda tambahkan dalam chart:

 

1. Stochastic

Stochastic pertama kali diciptakan oleh George C. Lane pada akhir tahun 1950-an. Sebagai indikator Oscillator yang berguna untuk mengukur momentum, Stochastic akan menunjukkan saat-saat di mana pergerakan harga sudah mencapai level Overbought (jenuh beli) dan Oversold (jenuh jual). Indikator ini bahkan telah digunakan selama lebih dari 50 tahun, sehingga akurasinya tak perlu diragukan lagi.

indikator stochastic

Stochastic terdiri atas dua garis, yaitu garis %D dan %K. Kedua garis ini nantinya bermanfaat untuk mengidentifikasi perilaku tren yang sedang terjadi, berdasarkan kesenjangan atau selisih antara garis %D dan %K (Divergensi). Apabila jarak antara garis %D dengan %K melebar, maka ada kecenderungan tren sedang menguat. Sementara bila %D dan %K menyempit, maka tren cenderung melemah. Pelemahan tren ini bisa menjadi titik awal pembalikan arah tren, atau disebut Reversal.

Sebagaimana yang disebut di atas, indikator Stochastic juga banyak digunakan untuk menunjukkan kondisi Overbought dan Oversold. Overbought terjadi apabila garis-garis Stochastic menembus level 80, sehingga entry yang dapat diambil adalah entry SELL. Sementara kondisi harga dapat dinyatakan sebagai Oversold apabila kedua garis Stochastic berada di bawah level 20. Pada kondisi ini, Anda dapat mengambil keuntungan maksimal dengan melakukan entry BUY.

 

2. Relative Strength Index (RSI)

Relative Strength Index (RSI) pertama kali diperkenalkan oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978 dalam bukunya yang berjudul "New Concepts in Technical Trading Systems". Indikator RSI kemudian dikenal sebagai sebuah indikator Oscillator yang populer dan dianggap cukup handal. Pun, indikator ini juga banyak digunakan hampir di semua jenis pasar, tak terkecuali pasar forex.

Indikator RSI

Sebagai indikator Oscillator, RSI bermanfaat sebagai penunjuk kondisi harga Overbought dan Oversold, sama seperti Stochastic. Bedanya, indikator ini hanya terdiri atas satu garis RSI. Di samping itu, level-level Overbought dan Oversold juga bisa disesuaikan sesuai dengan kebutuhan trader. Jika Stochastic biasa menggunakan level 20-80, RSI bisa di-set menggunakan level 30-70 atau 20-80. Dalam penggunaan RSI, masuknya garis ke area Oversold menandakan melemahnya kekuatan Downtrend. Sedangkan apabila garis RSI menembus batas Overbought, maka bisa menjadi sinyal melemahnya kekuatan Uptrend.

Bagaimana RSI dapat menunjukkan entry posisi? Jika Anda ingin entry posisi SELL, maka posisi garis indikator RSI harus berada pada level Overbought dulu, kemudian tunggu sampai garis tersebut turun lagi ke bawah level Overbought. Sebaliknya, apabila ingin entry posisi BUY, maka pastikan bahwa garis indikator RSI melewati level Oversold dulu, lalu tunggu sampai garis naik lagi di atas area Oversold.

 

Indikator Lagging

Berkebalikan dengan indikator leading, indikator lagging cenderung lamban dalam memberikan sinyal entry, sehingga trader boleh jadi kehilangan kesempatan untuk memanen profit maksimal. Biasanya, indikator lagging banyak ditemukan pada indikator pengukur arah tren, sehingga indikator ini juga dikenal sebagai "Trend Following Indicator".

Meskipun demikian, bukan berarti jika Anda tak bisa memanfaatkan indikator lagging ini. Faktanya, indikator lagging akan sangat membantu trader saat kondisi harga sedang trending. Disebut sebagai indikator Trend Following, maka Anda akan diberitahu momen yang tepat untuk entry posisi saat tren sedang menguat. Hal ini tak lantas menjadi fenomena baru, bila ternyata ada banyak trader menjadi Trend Follower. Jika Anda bisa me-manage emosi dengan baik, maka strategi Trend Following ini bisa menjanjikan keuntungan maksimal dalam jangka panjang.

Nah, beberapa indikator lagging penunjuk arah tren ini akan diulas berikut ini:

 

1. Moving Average (MA)

Moving Average bisa dikatakan sebagai indikator yang sederhana dan mudah digunakan, sehingga tak heran jika indikator ini banyak dipakai oleh trader pemula. Di balik penampilannya yang sederhana itu, Moving Average menyimpan banyak informasi yang bisa diambil.

Sebagai indikator penunjuk arah tren, MA dapat mengindikasikan kondisi Uptrend maupun Downtrend berdasarkan posisi candle terhadap garis MA-nya. Apabila candle berada di atas garis MA, maka kondisi tersebut cenderung menandakan Uptrend. Begitu pula jika candle berada di bawah garis MA, maka dapat dikatakan bahwa Downtrend sedang berlangsung.

Selain itu, MA juga bisa digunakan untuk menemukan peluang Buy-Sell dari crossing antara dua garis MA. MA yang digunakan pun harus dengan periode yang berbeda, misalnya MA berperiode 5 (MA-5) dan MA berperiode 20 (MA-20). Contoh entry posisi berdasarkan crossing antara dua EMA berperiode 5 dan 20 dapat dilihat pada chart berikut:

indikator Moving Average

Berdasarkan chart tersebut, maka peluang entry BUY dan SELL dapat diambil apabila:

  • Buy: Garis MA periode rendah memotong MA periode tinggi dari bawah ke atas.
  • Sell: Garis MA peiode rendah melintasi MA periode tinggi dari atas ke bawah.

 

2. Bollinger Bands (BB)

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh John A. Bollinger pada tahun 1980, indikator Bollinger Bands kini menjadi salah satu indikator yang populer digunakan dalam trading, utamanya untuk digunakan saat kondisi trending. Tren naik yang kuat (Uptrend) bisa diketahui apabila harga telah menembus Upper Band dan ditutup di luar pita Bollinger. Sebaliknya, suatu tren dapat dikatakan menurun (Downtrend) apabila harga menembus Lower Band dan ditutup pula di luar pita Bollinger. Secara lebih jelas, berikut adalah contoh penggunaan indikator BB saat trending:

indikator Bollinger Bands

Dari chart di atas, maka dapat dikatakan bahwa posisi BUY dapat diambil saat harga menembus Upper Band dan ditutup di luar Upper Band. Pada hari berikutnya, harga ternyata masih berada di luar Upper Band, dengan jarak antara kedua pita Bollinger melebar. Berdasarkan kondisi ini, maka entry BUY adalah pilihan yang tepat.

 

3. Moving Average Convergence Divergence (MACD)

Indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence) sangat populer dan banyak digunakan oleh para trader di pasar forex. Indikator teknikal ini dibuat oleh Gerald Appeal pada tahun 1979 dan dalam waktu singkat mendapat sambutan dari berbagai kalangan, karena dinilai sederhana dan fleksibel.

Terdiri atas dua garis EMA berperiode 12 dan 26 (selanjutnya disebut EMA-12 dan EMA-26), indikator MACD dimanfaatkan untuk mengkonfirmasi arah tren sekaligus sinyal entry. Arah tren dapat diketahui dari posisi bar MACD (OsMA), sementara sinyal entry bisa diambil dari crossing antara kedua garis EMA.

indikator MACD

Secara lebih jelas, berikut ini kondisi yang digambarkan oleh indikator MACD sekaligus indikasinya dalam trading:

  • EMA-12 di atas EMA-26, area bar MACD positif > Uptrend.
  • EMA-12 di bawah EMA-26, area bar MACD negatif > Downtrend.
  • BUY dapat diambil jika bar MACD berada di area positif, dan EMA-12 crossing EMA-26 dari bawah ke atas.
  • SELL dilakukan bila bar MACD berada di area negatif, dan EMA-12 crossing EMA-26 dari atas ke bawah.

 

Manakah Yang Lebih Penting Antara Indikator Leading Dan Lagging?

Indikator lagging memang penting karena memberikan informasi sejauh mana harga sudah berjalan, berapa lama periode yang telah ditempuh, serta level-level apa saja yang sudah dicapai. Namun, penggunaan indikator leading juga diperlukan, agar Anda mengetahui titik entry yang tepat dengan kesempatan meraup profit maksimal. Alangkah baiknya jika penggunaan kedua indikator trading tersebut bisa seimbang dan disesuaikan dengan kondisi pasar.

indikator leading dan indikator lagging

Jika pasar sedang trending, maka indikator lagging lebih cocok Anda gunakan. Hal ini karena indikator lagging utamanya terdiri atas indikator penunjuk arah tren, seperti Moving Average, Bollinger Bands, atau MACD. Sementara indikator dengan sifat leading, sebaiknya digunakan jika pasar sedang sideways, karena dapat mengindikasikan kondisi Oversold atau Overbought, seperti indikator RSI dan Stochastic.

 

Dalam penerapannya, indikator leading dan lagging sebaiknya tidak berdiri sendiri. Artinya, Anda perlu menggabungkan beberapa indikator di atas, agar hasil analisa bisa terkonfirmasi secara akurat. Salah satu contoh indikator leading dan lagging yang bisa digabung adalah RSI dengan MACD. Adakah gabungan indikator lain serta apa indikasinya dalam trading? Ulasan mengenai gabungan beberapa indikator ini dapat Anda baca di halaman rubrik indikator lainnya, dengan judul "Penggabungan Beberapa Indikator".

122991
Penulis

Alumnus Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang sudah mengenal dunia jurnalistik sejak SMP. Sempat aktif sebagai Editor dan Reporter di UKM Pers UWKS, kini bekerja sebagai salah satu Online Journalist di seputarforex.com.


Arsad
Dicontoh indicator leading ada stochastic, tapi dicontoh lagging kok ada stochastic lagi? Jadi yang bener stochastic ini leading atau lagging?
Hasbi Mhd
Stochastic memang adalah leading indicator karena oscillator sendiri juga dikategorikan sebagai leading indicator yang mampu memberikan sinyal trading sebelum tren atau reversal terbentuk. Percontohan di atas barangkali hanya sebagai contoh pada sistem kerja lagging indicator yang diperoleh dari pengukuran rata-rata harga pada periode tertentu. Sebenarnya baik oscillator maupun indikator tren seperti MA diperoleh dari perhitungan harga sebelumnya, akan tetapi karena oscillator menunjukkan level overbought dan oversold serta divergensi yang bisa menandakan trend reversal sebelum itu terjadi maka oscillator bisa diidentifikasikan sebagai leading indicator.
Aandarmaji
solusix seperti ini, waktu tren pakai MA (lagging), waktu sideways pasang rsi (leading), cs suda ada tempat dan waktux sendiri2 jadi nggak usah terlalu diambil pusing, kalo nggak cocok bisa ganti indi tren atau oscilator lainx
Hasbi Mhd
Betul, mengatur keseimbangan antar leading dan lagging indicator bisa juga membantu mengonfirmasi sinyal trading dari salah satu jenis indikator yang diaplikasikan pada kondisi pasar tertentu.

Seperti ketika akan menempatkan order berdasarkan sinyal pada salah satu indikator oscillator, ada baiknya mengetahui arah tren yang bisa dilakukan dengan mengamati pergerakan MA
Ernie.bernie
ParabolicSar indiktr leading? Itukan termasuk indiktr tren, n ane lihat di platform responnya juga terolong laging, beda sama stochastic yang geraknya lebih cepet
Samudi Udin
Wah saya baru tahu kalo indikator ada tipe2nya, biasanya saya cuma asal pasang gara2 ikutan temen2... terus apa aja indikator2 top dari masing2 kategori?
Ryan Mintanagara
Kalo menurut pengalaman saya sih leading indikator terbaik itu pivot point sama fibonacci retracement, soalnya mereka bisa dipakai untuk mrediksi kapan harga akan reversal

Kalo lagging yah pasti moving averages lah, paling populer banget tuh ha3, MACD juga bagus, tapi saya lebih suka EMA biasa, crossovernya lumayan jitu kalo sampeyan swing trader
Samudi Udin
makasi bang,. btw kalo saya pake robot trading benernya lebih bagus pake indikator mana yah? Jadi supaya profit saya lebih terjamin gitu
Ryan Mintanagara
wah saya ga bisa jamin, soalnya kan robot trading itu biasanya bergantung dari modifikasi pembuatnya, coba tanyakan sama si pembuat robot tradingnya, apa perlu sampeyan pasang indikator tambahan? Setahu saya sih kalo pake robot, semua settingan sudah otomatis jadi kita ga perlu utakatik terlalu banyak lagi.

Ati2 juga kalo pilih robot trading, soalnya kadang ada robot abal2 yang malah bikin kita rugi mulu...jadi lebih baik di backtest dulu aja di akun demo