EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,046.44   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 1 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 1 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 1 jam lalu, #Saham AS

Sering Trading Tak Jamin Profit Konsisten, Ini Alasannya

Penulis

Siapa bilang semakin sering buka posisi pasti dapat untung berlimpah? Jika salah manajemen, justru tumpukan masalah yang akan Anda hadapi nantinya.

Seberapa sering trader harus buka posisi supaya dapat profit konsisten? Jawabannya sederhana, makin sering trading makin bikin pusing, jangankan untung malah buntung yang didapat. Jelas, beban biaya trading semakin membengkak, tapi tidak hanya itu saja, ternyata masih banyak masalah lain dari terlalu sering open trade.

bahaya dari terlalu sering trading

 

Semakin Sering Trading, Semakin Besar Resikonya

Pada dasarnya setiap kali membuka posisi trading, Anda telah mengekspos sebagian dari modal sebagai jaminan (Margin) untuk mendapatkan keuntungan di pasar Forex. Masalahnya, hanya ada dua kemungkinan bagi setiap posisi trading yang masih berjalan; mendapat untung dari akumulasi poin positif atau malah merugi karena akumulasi poin minus.

Contoh:
Budi membuka lima posisi trading di beberapa pair mayor setiap harinya. Setiap posisi hanya dibiarkan berjalan tanpa Stop Loss sama sekali. Asumsinya, modal awal adalah USD 1,000 di akun mini, Win Rate 60% (di atas syarat Win Rate 55% untuk mempertahankan profit konsisten) dan Leverage maksimalnya 1:200.

Sekilas, dari Win Rate-nya saja seharusnya Budi bisa memperoleh keuntungan. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, setelah 1 minggu trading berturut-turut dia malah merugi. Berikut perhitungan detail-nya:

  • Jumlah posisi ditutup = 25 posisi, karena Budi tidak trading pada hari Sabtu dan Minggu.
  • Jumlah posisi untung = 15 posisi (60% dari jumlah posisi ditutup)
  • Jumlah posisi rugi = 10 posisi (40% dari jumlah posisi ditutup)
  • Rata-rata keuntungan per posisi sekitar 10 pip, maka Gross profit = 150 pip.
  • Karena si Budi tidak pernah menggunakan Stop Loss, rata-rata kerugian per posisi adalah 20 pip, maka Gross profit = 200 pip

Dari perhitungan di atas, setelah satu minggu sering trading setiap harinya, Budi merugi hingga 50 pip, atau sekitar USD 50. Itupun belum termasuk beban biaya trading.

Singkat kata, semakin besar jumlah pembukaan posisi, maka semakin besar pula tanggungan beban resiko trading. Intinya, sering trading tidak menjamin raihan profit konsisten meskipun Win Rate cukup besar.

 

Sering Trading Berpotensi Memicu Stres Berlebihan

Semakin banyak posisi trading berjalan, maka semakin besar pula kecemasan yang diakibatkan oleh harapan berlebihan untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Perlahan-lahan, secara tidak sadar kebiasaan sering trading membuat Anda menghabiskan sebagian besar waktu hanya untuk menatap chart dan mengecek setiap posisi secara kompulsif.

sering trading memicu stress

Satu posisi saja sebenarnya sudah cukup untuk membuat gusar trader pemula jika ternyata harga bergerak di luar perkiraan. Jadi bayangkan saja efeknya bila terdapat banyak posisi berjalan dalam waktu yang sama. Bisa dipastikan tekanan stres akan muncul bertubi-tubi jika kondisi pasar bergejolak.

Kecenderungannya, trader akan terjerumus praktik Overtrading karena ingin membalas posisi rugi dengan membuka posisi baru. Dalam kurun waktu lama, jika dibiarkan berlanjut maka kebiasaan terlalu sering trading akan menjerat trader hingga mengalami depresi.

 

Terlalu Sering Trading Justru Menghambat Profit Konsisten

Meraih profit konsisten sebenarnya tidak menuntut trader untuk sering trading. Menurut salah satu trader Price Action profesional, Nial Fuller, dibutuhkan kesabaran untuk mendapat keuntungan besar dari satu posisi trading strategis. Maksudnya, Anda harus sabar menunggu sinyal-sinyal konfirmasi berakurasi tinggi sebelum membuka posisi.

Analoginya seperti seorang penembak jitu. Dia hanya akan menekan picu tembak setelah target benar-benar berada tepat di lintasan proyektil. Sama halnya dengan seorang trader, market order hanya akan dieksekusi jika harga berada pada level tertentu sesuai dengan konfirmasi sinyal:

Masalahnya, kebiasaan sering trading muncul dari ketidaksabaran trader untuk menunggu waktu yang tepat untuk membuka lalu menutup posisi. Contohnya seperti pada kasus berikut:

Contoh:

terlalu sering trading hambat profit konsisten

Dari Chart GBP/USD (H4) di atas, terbentuknya pola candlestick berakurasi tinggi, Three Outside Down (di dalam lingkaran biru), mengindikasikan bahwa reli sudah berada pada titik nadir-nya. Pada saat itu, trader sudah dapat mengeksekusi order sell untuk meraih peluang untung dalam jumlah besar.

Perhatikan bahwa ternyata harga tidak serta merta turun tanpa perlawanan begitu sinyal jual muncul. Penjual dan pembeli masih saling berusaha menekan harga hingga pasar dalam kondisi Sideway selama berhari-hari. Di sinilah letak kesabaran dan sistem trading diuji.

Jika Anda memiliki kebiasan sering trading, biasanya posisi akan ditutup secara prematur sebelum harga benar-benar bergerak sesuai target profit. Lebih parahnya lagi, posisi-posisi baru dibuka berlawanan dengan posisi awal karena ingin mengikuti pergerakan harga pasar terkini. Itulah alasan utama kenapa kebiasaan sering trading justru mempersulit proses meraih profit konsisten.

 

Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Sering Trading?

Mengatasi efek negatif dari kebiasaan sering trading sebenarnya cukup sederhana. Ikuti langkah-langkah berikut:

Pertama, Anda harus merubah cara berpikir, yakinilah bahwa profit konsisten bukan berasal dari jumlah atau banyaknya posisi dibuka. Satu posisi dalam sebenarnya sudah cukup jika kualitas sinyalnya sudah terkonfirmasi dengan baik. Misalnya saat sinyal dari satu indikator atau satu pola harga terbentuk, tunggu sampai ada sinyal konfirmasi dari indikator atau pola harga pendukung lainnya.

Kedua, upayakan untuk mengurangi keinginan membuka posisi baru sebelum posisi sebelumnya mencapai profit target atau terkena Stop Loss. Dengan cara ini, Anda akan melatih kesabaran untuk mengontrol dorongan terlalu sering trading. Beri jeda waktu untuk beristirahat jika harga sudah mencapai TP atau SL, sehingga pada kesempatan trading berikutnya, pikiran terbebas dari beban.

Ketiga, berlatihlah mengatur setiap posisi dengan Money Management. Harapannya, resiko trading menjadi lebih mudah dikontrol sehingga total raihan keuntungan dapat bertahan dari kerugian-kerugian kecil, di mana hal tersebut merupakan faktor utama dari profit konsisten.

280780
Penulis

Rio Renata aktif menulis di Seputarforex sebagai penulis artikel forex dan broker dalam dua bahasa, khususnya mengenai aspek teknikal. Karena berlatar pendidikan psikologi, ia memandang pergerakan harga pasar layaknya dinamika perilaku individual, yaitu memiliki pola tertentu yang dapat diantisipasi.