iklan |
iklan |
Sebagai lanjutan bagian 3 mengenai hal-hal penting dari broker forex yang mesti diperhatikan oleh scalper, pada bagian 4 ini akan dibicarakan mengenai kebijakan broker pada metode scalping, jenis broker yang cocok untuk scalper, slippage, requote dan pelebaran spread yang sangat mempengaruhi scalper ketika trading.
Kebijakan Scalping
Dengan definisi dan batasan tentang scalping, para broker forex menentukan beberapa aturan misalnya besarnya pip minimal untuk Stop Loss dan target profit, serta ketentuan lain yang berhubungan dengan scalping. Walaupun mayoritas broker forex terkemuka memperbolehkan para kliennya menerapkan metode scalping dengan bebas, sebagian broker melarang dengan tegas penggunaan teknik scalping dalam trading.
Di luar itu, ada broker yang tidak dengan tegas melarang metode scalping, tetapi memproses order kliennya yang dicurigai menerapkan scalping dengan sangat lambat, hingga metode scalping jadi tidak menguntungkan bahkan cenderung merugikan bagi klien tersebut.
(Baca juga: Wajarkah Broker Melarang Teknik Scalping?)
Terlepas dari praduga adanya broker yang tidak jujur, agar aman dan nyaman dalam trading, scalper hendaknya memilih jenis broker yang Non Dealing Desk (NDD).
Pada broker yang termasuk jenis NDD ini, order klien akan diteruskan langsung ke pasar, lembaga keuangan, bank-bank besar, atau broker NDD lain yang lebih besar. Dalam hal ini, klien tidak trading melawan broker, tetapi langsung berhadapan dengan kondisi pasar sesungguhnya.
Spread untuk broker jenis NDD berubah-ubah sesuai dengan keadaan di pasar yang sesungguhnya. Jika permintaan dan penawaran di pasar tidak seimbang, maka spread bisa melebar. Yang termasuk dalam jenis broker NDD adalah:
-
Broker Jenis ECN (Electronic Communication Network)
Di broker jenis ini, klien dapat langsung berinteraksi dengan pasar tanpa intervensi dari pihak broker maupun Dealer (Dealing Desk). Broker hanya mendapatkan keuntungan dari besarnya spread yang telah di mark-up. Cara kerja broker jenis ECN adalah dengan mempertemukan penjual dan pembeli secara nyata (real-time) dan online.
Walaupun broker jenis ECN makin populer, tetapi scalper harus waspada dan meneliti dengan cermat karena banyak broker yang mengaku jenis ECN tetapi penuh dengan manipulasi. Cara yang paling aman adalah mengetahui regulasi dari broker tersebut dan menanyakan langsung ke pihak regulatornya. Regulator yang kredibel dan benar contohnya CFTC dan NFA (Amerika Serikat), FSA (Inggris), ASIC (Australia).
-
Broker Jenis STP (Straight Through Processing)
Broker yang menghubungkan klien dengan broker besar atau broker jenis ECN sebagai penyedia likuiditasnya.
-
Broker Jenis DMA (Direct Access Market)
Cara kerjanya mirip dengan broker ECN. Hanya saja, broker jenis DMA ini terikat kontrak dengan penyedia likuiditas tertentu.
Scalper sebaiknya menghindari broker-broker yang tidak teregulasi dengan benar dan lazim disebut sebagai broker Bucket Shop atau broker kaki lima. Mereka sering mengecoh klien yang masih awam dan belum mengetahui benar mekanisme perdagangan dalam pasar forex. Ketidaknyamanan yang sering dilakukan broker jenis ini adalah eksekusi order yang lambat, requote oder yang berlebihan, dan server yang kadang-kadang terputus (down).
Adapula yang menyebut broker jenis ini sebagai pembuat pasar sendiri (Market Maker), dimana broker tersebut menciptakan pasar dari para pembeli dan para penjual dari kliennya sendiri, dan bila volumenya tidak mencukupi, maka broker-lah yang akan menutup kekurangannya.
Metode scalping yang membuka dan menutup posisi dalam jumlah banyak dan waktu yang singkat jelas tidak efisien bagi broker Market Maker, oleh karenanya mereka cenderung tidak menyukai scalper dan sering memperlambat akses ke sistem mereka, atau bahkan terang-terangan melarang penggunaan teknik scalping.
Slippage, Requote, Dan Pelebaran Spread
Jika terjadi slippage atau loncatan harga, maka scalper akan sangat mungkin mengalami kerugian terutama jika mereka menggunakan Pending Order atau software trading otomatis, yang biasanya sudah ditentukan lebih dulu Stop Loss dan target profitnya. Slippage biasanya terjadi saat fluktuasi harga pasar sangat tinggi, dan yang sering kena adalah order yang bersifat Stop seperti Buy Stop, Sell Stop, termasuk juga Stop Loss.
(Baca juga: Jangan Remehkan Slippage, Lengah Langsung MC!)
Requote atau permintaan order ulang karena ketiadaan harga yang dipesan juga sering terjadi saat fluktuasi harga sedang tinggi. Hanya saja, ini biasa terjadi pada order yang kita lakukan pada saat itu (instant execution).
Sementara itu, pelebaran spread bisa terjadi bila permintaan dan penawaran di pasar tidak seimbang, misalnya ketika banyak yang masuk posisi buy atau sebaliknya banyak yang sell seperti saat rilis berita penting atau sentimen pasar sedang menguat.
Baik slippage, requote maupun pelebaran spread memang tidak sering terjadi. Namun, ketiganya sulit untuk dihindari karena kita tidak bisa memprediksi kapan fluktuasi harga akan tinggi. Yang pasti, scalper sebaiknya menghindari trading pada saat rilis berita penting agar tidak terkena dampak fluktuasinya.