Dolar Australia berada di bawah tekanan jual terhadap Dolar AS pada sesi perdagangan hari Rabu kemarin, hingga turun kembali mendekati level paling rendah sejak 2016. Kendati demikian, Aussie berupaya bangkit di sesi Asia hari Kamis ini (25/10), karena para investor melakukan aksi profit-taking.
Dolar Australia mengawali perdagangan hari Rabu kemarin dengan kenaikan cukup signifikan, karena terbantu oleh pemulihan pasar saham China. Namun saat memasuki sesi Eropa kemarin, AUD/USD kembali melemah dan berlanjut sepanjang sesi New York tadi malam.
Bearish Terhadap Dolar, Beragam Terhadap Mata Uang Mayor Lain
Pelemahan tersebut menyeret AUD/USD kembali menuju kisaran 0.7056, yang berada dekat dengan level terendah 32 bulan. Data penjualan rumah baru AS yang melemah tidak cukup membantu AUD keluar dari tekanan jual. Alhasil, pair AUD/USD menutup perdagangan kemarin di kisaran 0.7061. Namun pada pukul 8:44 WIB, AUD berada di level 0.7077, naik 0.19 persen dari Open harian.
Kinerja Dolar Australia terhadap major curencies lain tercatat beragam, dipicu oleh berbagai faktor. Masalah anggaran Italia yang kembali mendapat penolakan dari Uni Eropa turut membebani pergerakan Euro, hingga Dolar Australia mampu menghimpun kenaikan dari mata uang tersebut. Pada pembukaan pasar Sydney pagi ini, EUR/AUD melemah 0.25 persen. Dolar Australia ikut mendapat momentum kenaikan atas masalah Brexit, terlihat pada pair GBP/AUD yang melemah 0.47 persen pada perdagangan Rabu kemarin.
Di sisi lain, AUD tercatat turun terhadap Yen sebesar -0.51 persen, karena dipicu masuknya arus modal menuju aset safe haven, di tengah pelemahan pasar saham dan ketidakpastian geopolitik. Pair AUD/CAD juga melemah sebesar -0.57 persen, karena dipicu oleh kenaikan suku bunga BoC tadi malam sebanyak 25 basis poin menjadi 1.75 persen.