Advertisement

iklan

Harga emas mendekati rekor tertinggi, seiring Ketua Fed Powell yang pesimis terhadap pemotongan suku bunga yang segera terjadi, 9 jam lalu, #Emas Fundamental   |   EUR/USD bertahan di bawah level 1.0900, fokus tertuju pada Neraca Perdagangan Jerman, pidato Lagarde dari ECB, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   NZD/USD melanjutkan penguatannya di atas level 0.6200 berkat pelemahan USD, pemotongan suku bunga oleh Fed masih menjadi sorotan, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   XAU/USD mencapai level tertinggi sepanjang masa di sekitar level $2,150, 12 jam lalu, #Emas Teknikal   |   Harga emas mundur setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa, potensi bullish tetap utuh, 12 jam lalu, #Emas Fundamental   |   Top gainers LQ45 pagi ini adalah: PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) +5.02%, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) +4.59%, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) +2.35%, 15 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di awal perdagangan hari ini sebesar 0.71% ke 7,110, 15 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) melalui anak usahanya PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) berencana menawarkan obligasi hingga Rp1.5 triliun, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Ira Noviarti menjual seluruh saham UNVR yang dimilikinya sebanyak 870,000 lembar sebelum resmi melepas kursi kepemimpinan, 16 jam lalu, #Saham Indonesia
Selengkapnya

Arah Kebijakan Energi Joe Biden Mengancam Outlook Dolar AS

Penulis

Joe Biden mengungguli Donald Trump dalam beragam survei menjelang pemilu presiden AS. Padahal, arah kebijakan energi Joe Biden dikhawatirkan bakal menekan USD.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Seusai debat capres terakhir tadi malam, dukungan bagi petahana Presiden AS Donald Trump meningkat sedikit di bursa judi politik. Hal ini turut mendongkrak nilai tukar USD hari ini (23/Oktober), di samping data ketenagakerjaan AS yang lebih baik dari ekspektasi. Akan tetapi, elektabilitas Joe Biden masih mengungguli Trump.

Dua pekan menjelang hari-H pemilu presiden AS, Joe Biden masih unggul lebih dari sembilan poin versus Trump. Sang mantan wapres AS di era Barack Obama itu meraih dukungan lebih dari 50 persen di sebagian besar survei, sedangkan Trump hanya meraih dukungan antara 40-45 persen. Padahal, arah kebijakan energi Joe Biden dikhawatirkan bakal menekan USD.

Debat Capres AS - Donald Trump - Joe Biden

Joe Biden mengungkapkan dalam sesi debat terakhir, "Industri minyak menghasilkan polusi signifikan. (Industri ini) harus digantikan dengan energi terbarukan dari waktu ke waktu."

Biden telah memaparkan rencana komprehensif untuk mengeliminasi jejak karbon AS per 2050. Sikap ini berlawanan dengan langkah Trump yang mempromosikan industri fracking migas selama masa kepemimpinannya untuk mendukung AS kembali menjadi negara produsen minyak top dunia.

Menurut Time.com, nyaris 80 persen emisi terkait energi AS tahun lalu bersumber dari minyak dan gas. Arah kebijakan Joe Biden berarti industri migas berskala raksasa ini harus berevolusi dengan cepat atau lenyap. Pada gilirannya, hal ini membawa konsekuensi ekonomi lebih jauh.

"Mengasumsikan skenario dasar politik kami (partai Demokrat dan Biden menang telak dalam pemilu -red), kami mengantisipasi produksi minyak AS untuk menyusut dengan cepat dan defisit neraca transaksi berjalan AS akan merosot tajam pada 2021. Dengan defisit fiskal sebanyak sekitar 15% dari GDP, USD akan kembali menjadi mata uang dengan defisit ganda yang tak terkendali (seperti era 2004-2007)," kata Greg Anderson, kepala pakar strategi FX global di BMO Capital Markets.

Defisit ganda yang dimaksud Anderson berkaitan dengan minus-nya neraca dagang dan neraca transaksi berjalan AS secara bersamaan. Situasi tersebut bisa timbul sebagai konsekuensi dari rencana kebijakan ekonomi kubu Biden dan Demokrat yang berpusat pada kenaikan pajak korporat, peningkatan belanja pemerintah, dan reformasi energi.

Kebijakan pro-migas Trump telah mendorong produksi minyak AS meroket dari sekitar 9 juta barel per hari (bph) pada tahun 2016 menjadi lebih dari 13 juta bph pada tahun 2020, sekaligus menciptakan banyak lapangan kerja dan surplus dagang di bidang energi. AS pun berubah dari negara importir menjadi eksportir migas. Namun, semua ini berpotensi ludes seiring dengan reformasi sektor energi.

"Produksi yang terhenti (karena pandemi COVID-19 saat ini) mungkin tidak dapat pulih dengan mudah karena harga rendah, konsolidasi industri dan risiko kebijakan (mendatang)," ungkap Anderson, "Industri energi AS sepertinya membutuhkan bantuan dari (Washington) DC untuk menghindari penurunan produksi lebih lanjut karena sumur-sumur yang menua. (Bantuan) itu sulit dibayangkan dalam skenario kemenangan biru mutlak (Demokrat = biru, Republik = merah -red). USD dapat dengan cepat kembali menjadi mata uang importir minyak."

Download Seputarforex App

294480
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.