EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,327.43/oz   |   Silver 27.33/oz   |   Wall Street 38,503.69   |   Nasdaq 15,696.64   |   IDX 7,147.08   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 3 jam lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

AUD/USD Depresi Akibat Komoditas Tumbang dan Lockdown COVID

Penulis

Selama beberapa hari terakhir, Dolar Australia tertekan terhadap dolar AS di rekor terendah sejak Desember 2020 pada kisaran 0.7330-an.

Seputarforex - AUD/USD tertekan di rekor terendah sejak Desember 2020 pada kisaran 0.7330-an selama beberapa hari terakhir hingga saat berita ini diturunkan (13/Agustus). Beragam faktor membebani Aussie, antara lain tumbangnya harga komoditas global serta perluasan lockdown di kota-kota utama Australia.

AUDUSD DailyGrafik AUD/USD Daily via Tradingview.com

Harga komoditas bijih besi rontok sejak akhir bulan Juli lalu. Pembatasan output industri baja China baru-baru ini semakin memperburuk situasi, sehingga harga kontrak bijih besi berjangka kini terpuruk pada rekor terendah empat bulan.

Pembatasan produksi baja China telah dimulai sejak Juli lalu, hampir beriringan dengan kemunculan sinyal perlambatan ekonomi negeri Panda. Pemerintah awalnya berniat untuk membatasi produksi tahunan dalam rangka memangkas tingkat emisi. Arahan terbaru memperpanjang kebijakan itu hingga Maret tahun depan guna memperbaiki kualitas udara menjelang Olimpiade Musim Dingin pada Februari 2022 di Beijing.

China selama ini menyerap lebih dari setengah output bijih besi dunia, sedangkan bijih besi merupakan komoditas ekspor nomor satu Australia. Penurunan permintaan China terhadap bijih besi lantas memukul sentimen pasar terhadap dolar Australia. Di sisi lain, outlook ekonomi Australia juga semakin tak menentu sehubungan dengan perluasan area yang terkena lockdown demi membendung penyebaran COVID-19.

Pemerintah negara bagian New South Wales memperketat lockdown di Sydney, sekaligus memperluas area lockdown ke daerah di sekitarnya. Ibukota Canberra tadi malam juga mulai memberlakukan lockdown anyar yang direncanakan berlangsung hingga tujuh hari ke depan, tetapi dapat diperpanjang berulang-ulang selama kasus COVID-19 belum menunjukkan penurunan.

Situasi ini menumbuhkan keraguan terhadap kemampuan bank sentral Australia (RBA) untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter, sehingga AUD/USD kesulitan rebound. Namun tak dapat dipungkiri bahwa RBA telah mendahului mayoritas bank sentral mayor dalam pelaksanaan tapering, sehingga Aussie juga tak langsung terjun bebas.

AUD/USD sempat menggeliat seusai rilis data inflasi AS yang mengecewakan beberapa hari lalu. Akan tetapi, posisinya melandai lagi dan melanjutkan konsolidasi pada rentang rendah.

"AUD tidak mungkin mempertahankan kenaikannya dalam menghadapi situasi COVID saat ini di Australia," ungkap Joseph Capurso dari Commonwealth Bank of Australia.

"AUD telah berhasil menghindari uji level rendah di bawah 0.7300, meskipun bijih besi mengalami koreksi tajam dan komentar The Fed dengan jelas mengarah pada pemaparan rencana tapering dalam beberapa pekan mendatang. Sedangkan sinyal bahwa kita telah melewati puncak inflasi di AS, telah membantu (AUD/USD) menguji area kunci 0.7370/90. Hal ini meninggalkan kita dengan gambaran yang sedikit membingungkan dalam jangka pendek," kata Richard Franulovich, kepala strategi FX di Westpac.

Download Seputarforex App

296213
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.