iklan |
iklan |
Seputarforex - Hasil dari rapat reguler pertama Bank of Japan (BoJ) di bawah Gubernur barunya, Kazuo Ueda, menunjukkan komitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra longgar, termasuk kebijakan kontrol kurva yield (YCC) yang kontroversial. Akibatnya, nilai tukar yen ambles dalam perdagangan hari Jumat (28/April).
USD/JPY melonjak sekitar 1.5% sampai kisaran 136.00. EUR/JPY meloncat hampir 1.2% sampai rekor tertinggi sejak Desember 2014. GBP/JPY juga terbang hampir 1.3% ke level tertinggi dalam sekitar lima bulan terakhir.
Grafik USD/JPY Daily via TradingView
Pelaku pasar sebenarnya telah memperkirakan BoJ bakal mempertahankan suku bunga tetap pada -0.1% --sesuai dengan testimoni Ueda di depan Parlemen Jepang beberapa waktu lalu. Namun, sebagian pihak sebelumnya masih berharap BoJ akan memodifikasi kebijakan YCC sebagai langkah pertama dalam normalisasi kebijakan di bawah pimpinan yang baru.
Pengumuman hasil rapat kebijakan BoJ tadi pagi menghanguskan semua harapan itu. BoJ mengumumkan proyeksi inflasi untuk semua kelompok barang (termasuk makanan dan energi) akan berada pada kisaran 2.5% untuk tahun fiskal 2023, kemudian turun ke kisaran 1.5%-2.0% pada 2024 dan 2025. Padahal, Ueda pernah menegaskan bahwa inflasi harus "cukup kuat dan dekat dengan 2%" secara berkelanjutan sebelum pihaknya bersedia melakukan penyesuaian apa pun atas kebijakan YCC.
"Bank Sentral akan melanjutkan QQE (Pelonggaran Moneter Kualitatif dan Kuantitatif) dengan Kontrol Kurva Yield, dengan tujuan mencapai target stabilitas harga selama yang diperlukan untuk mempertahankan target tersebut secara stabil," demikian bunyi outlook kebijakan BoJ terbaru.
Outlook kebijakan BoJ bahkan menyebutkan bahwa bank sentral "tidak akan ragu mengambil langkah pelonggaran tambahan jika diperlukan." Tak pelak, hasil rapat BoJ kali ini mengecewakan para trader dan investor di dalam dan luar negeri Jepang.