EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 11 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 18 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 18 jam lalu, #Saham AS

Cemaskan Deflasi, Tiongkok Siap Pangkas Suku Bunga Lagi

Penulis

Seperti yang diketahui, pemotongan suku bunga yang mengejutkan pada Jumat (21/11) lalu merupakan pemotongan yang pertama kalinya dalam kurun waktu lebih dari dua tahun. Tetapi, jajaran pemimipin Tiongkok beserta bank sentralnya siap untuk kembali memangkas suku bunga dan juga mengendurkan pembatasan pinjaman jika diperlukan lagi.

Jajaran pemimipin Tiongkok beserta bank sentralnya siap untuk kembali memangkas suku bunga dan juga mengendurkan pembatasan pinjaman. Menurut salah seorang narasumber pembuat kebijakan yang diwawancarai oleh Reuters, keputusan tersebut dibuat berdasarkan pada kondisi ekonomi China yang kian tak menguntungkan seperti jatuhnya harga barang sehingga dapat memicu gejolak kredit macet, kegagalan bisnis, serta pengangguran.

PBOC

Berubah Pandangan

Seperti yang diketahui, pemotongan suku bunga yang mengejutkan pada Jumat (21/11) lalu merupakan pemotongan yang pertama kalinya dalam kurun waktu lebih dari dua tahun. Hal ini merefleksikan bahwa pemerintah dan Bank Sentral China (PBOC) mulai melakukan perubahan dari kebijakan stimulus mereka yang telah berlangsung selama beberapa waktu, demi menjaga stabilitas ekonomi terbesar kedua di dunia ini. "Para pemimpin telah berubah pandangan," ungkap salah seorang ekonom senior dalam diskusi kebijakan internal.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat 7.3 persen di kuartal ketiga dan para pembuat kebijakan khawatir angka tersebut akan lebih rendah lagi, bahkan hingga di bawah 7 persen. Jika demikian, pertumbuhan ekonomi China akan kembali melambat seperti pada saat krisis finansial. Harga produsen telah mengalami kemerosotan dalam waktu hampir tiga tahun. Sehingga berdampak pada menimbunnya tekanan pada manufaktur serta lemahnya Indeks Harga Konsumen (CPI).


Seorang ekonom PBOC yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa bank sentral tersebut telah menukar fokusnya menjadi stimulus yang lebih luas serta akan terbuka untuk kembali memotong suku bunga seperti memotong Rasio Cadangan Wajib industri (RRR) yang efektif untuk membatasi jumlah modal yang tersedia untuk dana pinjaman. China telah memtong RRR beberapa bank pada tahun ini.

212493
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.