EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,326.50/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 42 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 7 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 7 jam lalu, #Saham AS

China Devaluasi Yuan, USD/JPY dan AUD/USD Ambruk

Penulis

Eskalasi konflik dagang AS-China memasuki babak baru setelah China membiarkan nilai tukar Yuan melemah. USD/JPY, USD/CHF, AUD/USD, dan NZD/USD ikut anjlok.

Mata uang safe haven mengalami penguatan signifikan dalam perdagangan hari ini (5/Agustus), sementara Dolar AS dan comdoll justru terpuruk. Minat risiko pasar merosot akibat eskalasi konflik dagang AS-China, ketegangan antara Jepang-Korsel, dan gejolak demonstrasi di Hong Kong. Secara khusus, pelaku pasar menyoroti tindakan China yang membiarkan nilai tukar Yuan melemah.

Saat berita ditulis menjelang akhir sesi Asia, USD/JPY telah anjlok lebih dari 0.6 persen ke level 105.78, dekat kisaran terendah yang sempat tersentuh saat flash crash awal tahun ini. USD/CHF ambruk lebih dari 0.25 persen ke kisaran 0.9793, sementara AUD/USD merosot hampir 0.5 persen ke level 0.6768. Dolar New Zealand juga melemah ke kisaran terendah sejak bulan Juni.

USDJPYGrafik USD/JPY Daily via Tradingview.com

Saatnya Currency War?

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengingkari gencatannya dengan Presiden China Xi Jinping dengan mengumumkan ancaman tarif impor tambahan bagi lebih banyak barang yang didatangkan dari China. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perang dagang kedua negara, consumer goods seperti iPhone, pakaian, dan sepatu made in China akan dikenai tarif sebesar 10 persen.

Membalas langkah Trump, hari ini Beijing membiarkan nilai tukar Yuan anjlok ke level terendah versus Dolar AS dalam satu dekade terakhir. Pemerintah China juga menginstruksikan agar perusahaan BUMN menghentikan semua pembelian produk agrikultur Amerika Serikat. Kedua tindakan itu diperkirakan sengaja ditargetkan untuk "menghantam" Trump yang telah lama menuduh China mendevaluasi mata uangnya sendiri dan enggan membeli produk-produk AS.

Yuan merosot hingga 1.2 persen ke level 7.0275 terhadap Dolar AS, hanya beberapa saat setelah People's Bank of China (PBoC) memangkas referensi nilai tukarnya ke bawah 6.9 untuk pertama kali sejak bulan Desember lalu. Sontak, Yuan offshore langsung terjun hingga 1.9 persen. Meski PBoC tak mendevaluasi Yuan secara langsung, tetapi situasi ini memantik kekhawatiran mengenai kemungkinan meletusnya currency war.

"(Nilai tukar) tembus 7 adalah karena gabungan beragam faktor: eskalasi perang dagang, melemahnya perekonomian China, dan kesediaan PBoC untuk mentolerir volatilitas Yuan yang lebih tinggi," kata Larry Hu dari Macquarie Aecurities Ltd, sebagaimana dilansir oleh Bloomberg.

 

Konflik Domestik Lain Jadi Sorotan

Situasi beberapa wilayah lain di Asia Timur tak kalah tegangnya. Hubungan Jepang-Korea Selatan dan gejolak di Hong Kong turut menghiasi headline hari ini.

Pekan lalu, Jepang membalas keputusan pengadilan Korsel yang memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang mengganti rugi para korban kerja paksa dari era Perang Dunia II. Tokyo mengumumkan penghapusan nama Korea Selatan dari "whitelist" mitra dagang yang boleh menikmati peraturan pabean istimewa, serta memblokir ekspor sejumlah komponen high-tech ke negeri Gingseng.

Hari ini, Seoul mengumumkan rencana investasi sebesar 7.8 Triliun Won untuk pengembangan R&D lokal selama 7 tahun ke depan. Namun, langkah Jepang telanjur membangkitkan kekhawatiran mengenai perusahaan-perusahaan elektronika terkemuka Korsel serta potensi "perang dagang" antara kedua negara.

Sementara itu, demonstrasi di Hong Kong memasuki babak baru dengan beredarnya himbauan untuk mogok massal. Demonstrasi yang dipicu oleh kontroversi extradition bill itu dimulai sejak awal Juni, tetapi belum juga mereda meski pemerintah setempat telah membatalkan perancangan perundangan yang diperdebatkan. Bahkan, kekerasan telah merebak di berbagai sudut kota sejak pekan lalu. Perkembangan beragam insiden jadi sorotan pasar, karena Hong Kong merupakan salah satu pusat keuangan Asia bersama dengan Tokyo, Singapura, dan Shanghai.

289520
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.


Elmo

Kita liat, habis ini Trump tereak apa lagi.. gobl*k2in sapa lagi, The Fed dah kena, sapa selanjutnya.. heehe