iklan |
iklan |
Seputarforex - Penerbitan data inflasi AS malam ini memicu gejolak dalam berbagai pasangan mata uang mayor. Indeks dolar AS (DXY) pun terperosok drastis sampai level terendah dua pekan pada 103.04, meskipun kemudian beranjak naik ke 103.28 saat berita ditulis pada sesi New York hari ini (13/Juni).
Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan 0.1% saja pada bulan Mei 2023. Angka tersebut jauh lebih lemah daripada kenaikan 0.4% pada periode sebelumnya, sekaligus meleset dari estimasi konsensus yang dipatok pada 0.2%. Laju inflasi tahunan pun lengser dari 4.9% menjadi 4.0%, level terendahnya sejak Maret 2021.
Data harga untuk kelompok barang inti bertumbuh sesuai ekspektasi dalam basis bulanan maupun tahunan. Pertumbuhan bulanannya lagi-lagi tercatat 0.4%, sama seperti Maret dan April. Sedangkan laju inflasi inti tahunan melambat dari 5.5% menjadi 5.3%.
Para analis meyakini angka-angka tersebut memberikan alasan yang memadai bagi The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga. Pelaku pasar saat ini memperkirakan adanya peluang 95% untuk skenario di mana The Fed mempertahankan suku bunga tetap dalam rentang 5.00%-5.25% pada pengumuman hasil rapat FOMC besok. Peluang untuk suku bunga tetap pada rapat FOMC Juli juga meningkat sedikit.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut memicu kejatuhan dolar AS malam ini. Kendati demikian, patut untuk diperhatikan bahwa laju inflasi AS masih dua kali lipat lebih tinggi daripada target The Fed. Apabila terdapat risiko kenaikan inflasi lagi dalam periode mendatang, The Fed dapat menaikkan bunga di luar ekspektasi ataupun menyampaikan retorika yang cenderung hawkish. Kejutan seperti itu berpotensi memicu gejolak di pasar forex.
"Angka-angka ini mungkin cukup untuk membuat The Fed menjaga suku bunga tetap bulan ini, seperti yang telah mereka sampaikan sebelumnya," kata Stuart Cole, kepala ekonom makro di Equiti Capital London, sebagaimana dikutip dari Reuters, "Namun ada fakta bahwa tingkat (inflasi) inti bulanan masih tetap 0.4%, suatu angka yang terlalu tinggi dibandingkan target inflasi 2% (dari The Fed) dan sangat disorot karena penurunan tingkat inflasi inti tahunan lebih moderat. Dengan sendirinya, Anda bisa dengan mudah memperkirakan FOMC menggunakan angka-angka ini untuk menjustifikasi kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin."