iklan |
iklan |
Saeed Muhammad, Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam, menyerukan warga Iran untuk menggunakan mata uang kripto guna menghindari sanksi ekonomi. Dikutip dari channel Telegram Coinit.ir, sebuah portal berita kripto yang berbasis di Iran, sang Jenderal mengumumkan hal tersebut kepada warganya pada Rabu (26/Februari) kemarin.
"Kami menuntut penciptaan mekanisme yang lebih canggih untuk menghindari sanksi. Untuk menghindari sanksi, kita harus mengembangkan sebuah solusi seperti menukar produk dan penggunaan mata uang kripto dengan mitra kami (negara lain)."
Iran telah mengalami penurunan nilai mata uang secara signifikan, terutama pasca diberlakukannya sanksi oleh pemerintahan Trump. Sanksi tersebut membuat Iran terisolasi dari perdagangan dan investasi luar negeri. Sejak saat itu, penggunaan mata uang kripto di Iran meningkat lantaran bisa dimanfaatkan sebagai solusi pembayaran lintas batas yang tidak dikenai sanksi AS. Salah satu mata uang kripto seperti Bitcoin bahkan telah digambarkan sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan aliran uang masuk dan keluar dari Iran.
Bukan Pertama Kalinya
Penggunaan mata uang kripto di Iran bukanlah suatu hal yang asing. Pada tahun 2018 lalu, Presiden Iran, Hassan Rouhani sempat mengumumkan bahwa Iran akan meluncurkan mata uang kriptonya sendiri.
Bahkan, spekulasi penggunaan kripto untuk menghindari sanksi AS telah merebak sejak pertengahan 2019 silam, tepatnya ketika pemerintah mengembangkan proyek Blockchain yang memanfaatkan platform IBM. Demi mendongkrak industri kripto di negaranya, Departemen Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan Iran baru-baru ini juga telah menerbitkan lebih dari 1,000 lisensi kepada perusahaan kripto yang beroperasi di Iran.
Di sisi lain, lembaga Financial Action Task Force menambahkan Iran ke daftar hitam negara-negara yang tidak mematuhi persyaratan pendanaan anti terorisme.