iklan |
iklan |
Seputarforex - Kurs Dolar AS makin melemah dalam perdagangan hari Selasa (11/Juli), karena beberapa pejabat The Fed mengatakan siklus pengetatan moneternya sudah mendekati titik akhir. Indeks Dolar AS (DXY) jatuh sekitar 0.2 persen sampai kisaran terendah dua bulan pada 101.60-an. Greenback juga keok terhadap yen, euro, dan sterling.
Presiden The Fed San Fransisco, Mary Daly, kemarin mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan perlu menaikkan suku bunga lagi untuk menekan laju inflasi yang masih sangat tinggi. Akan tetapi, ia menegaskan bahwa siklus pengetatan moneter saat ini sudah mendekati "bagian terakhirnya".
Beberapa pejabat The Fed lain menyampaikan pandangan senada. Meskipun beberapa analis berpendapat opini para pejabat The Fed tadi bukanlah kabar baru --mengingat Ketua The Fed hanya mensinyalkan prospek dua kali kenaikan bunga lagi--, tetapi pasar tetap memilih untuk beramai-ramai melepas greenback.
Rilis data inflasi CPI AS besok merupakan fokus pasar seusai rilis Non-farm Payroll yang mengecewakan hari Jumat lalu. Akan tetapi, dalam situasi saat ini, data inflasi yang tinggi juga berisiko tak dapat mengerek kurs dolar AS secara berkelanjutan.
"Jika kita mendapatkan laporan CPI yang kuat (besok), itu mungkin membantu pasar untuk memperhitungkan kenaikan suku bunga kedua dari FOMC (setelah Juli) dan mendorong dolar sedikit lebih tinggi," kata Carol Kong, pakar strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, "Tetapi saya pikir kenaikan tidak akan signifikan mengingat fakta bahwa kita sudah mendekati puncak dari siklus pengetatan FOMC."
"Tekanan yang lebih luas atas USD kemungkinan akan berkembang seiring meningkatnya arus perlawanan siklikal dan pasar mulai mengantisipasi pengaturan kebijakan The Fed yang lebih longgar," ujar Shaun Osborne, kepala strategi FX di Scotiabank, sebagaimana dilansir dari Reuters.