Dolar AS menanjak seiring dengan menguatnya imbal hasil obligasi Pemerintah AS pada Rabu (18/06) ini. Mengejutkannnya angka inflasi AS menjadi kontributor utama kenaikan obligasi AS tersebut. Outlook kebijakan The Fed yang sedang dirumuskan melalui rapat FOMC hari ini, diperkirakan akan meningkatkan kecenderungan hawkish, yaitu sentimen uuntuk menaikkan tingkat suku bunga acuan.
Indeks CPI AS meningkat ke kisaran 0.4 persen pada bulan Mei, dua kali lipat lebih tinggi daripada prediksi. Sedangkan inflasi inti merangkak naik 0.3 persen dan menjadi inflasi bulanan yang terbesar sejak akhir tahun 2009.
Menurut ahli strategi dari Deutsche Bank, Alan Ruskin, "Kenaikan inflasi akan memperkuat kecenderungan hawkish, bahkan meskipun nantinya Yellen tetap mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja lebih dulu."
Alhasil, kontrak-kontrak berjangka yang bertujuan untuk memprediksikan kenaikan tingkat pendanaan The Fed laris manis dengan anggapan investor bahwa suku bunga akan naik lebih cepat. Begitupula dengan obligasi, imbal hasil obligasi dua tahunan menduduki posisi tertinggi dalam sembilan bulan pada kisaran 0.49 persen.
Dengan demikian, Dolar AS mengungguli Yen dengan di angka 102.17 yen. Euro pun harus menyurutkan pergerakan ke $1.3456 dari level tinggi $1.3587 seiring dengan kontrasnya outlook kebijakan anatara ECB dan The Fed.