EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.280   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,368.46/oz   |   Silver 28.45/oz   |   Wall Street 37,753.31   |   Nasdaq 15,683.37   |   IDX 7,158.86   |   Bitcoin 61,276.69   |   Ethereum 2,984.73   |   Litecoin 80.17   |   PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatat peningkatan trafik penggunaan data sebesar 16% sepanjang masa libur Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2024, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham-saham di Wall Street AS ditutup lebih rendah pada hari Rabu karena harga minyak mentah anjlok dan investor mempertimbangkan komentar The Fed, 2 jam lalu, #Saham AS   |   RUPST emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) akan dilaksanakan pada 15 Mei 2024, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Perusahaan pemasaran digital Ibotta yang didukung oleh Walmart, kemungkinan akan mengumpulkan dana sebesar $577.3 juta dengan valuasi $2.67 miliar, setelah menetapkan harga penawaran saham perdananya pada hari Rabu, 2 jam lalu, #Saham Indonesia

Dolar AS Lanjutkan Reli Pasca Rilis Data Penjualan Ritel

Penulis

Indeks Dolar AS terus menguat terhadap sebagian mata uang mayor karena sentimen risk-on pasar semakin tinggi. Namun, gambaran aktual belum tentu makin cerah.

Seputarforex.com - Indeks Dolar AS (DXY) melanjutkan penguatan yang dicapai sejak rilis data penjualan ritel pada sesi New York kemarin. Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa (17/Januari), DXY mendaki 0.1 persen ke level 97.38. Penandatanganan kesepakatan dagang AS-China telah mendorong pelemahan Greenback versus comdoll dan mata uang negara berkembang. Di sisi lain, Dolar AS unggul terhadap mata uang mayor lain yang menawarkan prospek yield lebih rendah, seperti Euro, Pound, dan Yen.

Indeks Dolar AS

Departemen Perdagangan AS kemarin melaporkan bahwa penjualan ritel inti meningkat 0.7 persen (Month-over-Month) pada bulan Desember 2019, mengungguli ekspektasi ekonom yang hanya sebesar 0.5 persen. Data kontrol ritel yang berpengaruh lebih besar terhadap GDP Amerika Serikat, juga meningkat 0.5 persen versus estimasi yang hanya sebesar 0.4 persen. Selain itu, laporan berbeda yang memuat indeks Philly dan data klaim pengangguran menampilkan kinerja lebih prima.

Amerika Serikat termasuk salah satu consumer-driven countries dengan lebih dari 75 persen GDP bersumber dari aktivitas belanja konsumen. Dengan demikian, data penjualan ritel yang kokoh akan mendukung outlook ekonomi yang lebih baik pula. Akan tetapi, sejumlah analis mengingatkan bahwa prospek ke depan belum tentu cerah sepenuhnya.

"Konsumen, ujung tonggak perekonomian (AS), terbukti lebih tangguh daripada ekspektasi awal, tetapi kemungkinan akan terbukti tak mampu menopang perekonomian sendirian -untuk selamanya- tanpa bantuan dari area penting lain seperti investasi bisnis dan manufaktur," ujar perusahaan keuangan Stifel, sebagaimana dikutip oleh Investing.com.

Kathy Lien dari BK Asset Management memaparkan lebih gamblang dalam catatannya tadi pagi, "Dow Jones Industrial Average menanjak ke rekor tertinggi baru, sedangkan Dolar AS meningkat ke level terkuatnya dalam 8 bulan terhadap Yen Jepang menyusul penjualan ritel yang lebih kuat. Setelah laporan ekonomi mengecewakan berminggu-minggu, investor ingin melihat data yang memvalidasi reli (USD), sehingga mereka langsung menunggangi laporan yang baru dirilis itu, mendorong ekuitas dan mata uang naik lebih tinggi. (Namun) apakah perekonomian AS sudah lolos dari marabahaya? Tentu tidak. Tapi dilihat dari cara pasar mengabaikan rilis data lemah seperti Non-farm Payroll dan CPI (bulan Desember), laporan yang lebih bagus menjamin dampak lebih besar terhadap Greenback daripada yang lemah."

291685
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.