Seputarforex.com - Hingga sesi perdagangan Senin (03/Desember) sore ini, Dolar AS masih tertekan. Hal itu terkait dengan KTT G20 di Argentina yang berbuah kesepakatan bagi dua negara ekonomi terbesar dunia, yakni AS dan China
Presiden AS, Donald Trump, bersedia menunda kenaikan tarif impor terhadap barang-barang China senilai $200 miliar. Penundaan akan dilaksanakan mulai 1 Januari 2019 hingga 90 hari setelahnya. Dalam kurun waktu tersebut, AS-China dapat melakukan negosiasi lebih lanjut hingga mencapai kesepakatan yang dapat menggugurkan rencana kenaikan bea impor sepenuhnya.
Akibat kesepakatan tersebut, Dolar AS yang berfungsi sebagai safe haven dalam kondisi perang dagang AS-China, melemah karena para investor kini berani membeli mata uang-mata uang dengan minat risiko tinggi. Penguatan mata uang terbesar paling tampak terjadi di Dolar-Dolar Komoditas.
Dolar Komoditas Menguat, Awasi Perkembangan AS-China Ke Depan
AUD/USD menguat 1.16 persen ke 0.7389, meninggalkan level rendah 0.7300 sebelum kabar kesepakatan tersebut dirilis. USD/CAD jatuh 0.97 persen ke 1.3166, menjauhi level tinggi 1.32960. Sedangkan Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang mayor, turun 0.4 persen ke 96.80 saat berita ini ditulis pada pukul 15:24 WIB.
"Gencatan senjata dalam perang dagang ini jelas berdampak positif bagi pasar... Kami mengekspektasikan pembelian Dolar AS sebagai safe haven akan memudar, dan aset-aset berisiko seperti Aussie dan Kiwi akan naik," kata Rodrigo Catril, ahli strategi senior di NAB.
Akan tetapi, analis lain memperingatkan bahwa sejumlah isu masih harus menemukan solusi agar sentimen risiko tetap positif dalam jangka menengah. Salah satunya adalah Sue Trinh, Head of Asia EM FX Strategy di RBC Capital Markets. Dalam catatannya yang dikutip oleh Reuters, Sue Trinh mengatakan:
"Banyak hal yang akan bergantung pada perkembangan dalam 90 hari ke depan, tetapi mengingat AS-China sudah dalam kondisi yang berbeda, kami berpikir optmisme ini tak akan berlangsung lama. Kami menegaskan bahwa perang dagang perlu dibingkaikan ke arah siapa yang akan menderita paling sedikit, dan dalam rapat G20 ini, AS sebetulnya menang."