Advertisement

iklan

AUD/USD bullish menguji garis SMA 200, NFP AS masih ditunggu, 1 hari, #Forex Teknikal   |   IHSG dibuka menghijau pada level 7,144 pada perdagangan hari ini. Hingga akhir sesi I, penguatannya meningkat ke 7,165.54, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Michelle Gass akan gantikan Chip Bergh sebagai CEO Levi Strauss & Co. pada 29 Januari 2024 mendatang, 1 hari, #Saham AS   |   Blackstone Inc. (NYSE: BX) gandeng Digital Realty (NYSE: DLR) untuk bangun empat pusat data hyperscale baru, 1 hari, #Saham AS   |   Posisi PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebagai emiten terbesar BEI tersalip oleh PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang berhasil catat kapitalisasi pasar sampai Rp1,083 triliun, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Yen Jepang tetap kuat di tengah harapan Pivot BoJ, meski angka PDB lebih lemah, 1 hari, #Forex Fundamental   |   GBP/USD bertahan di bawah level 1.2600 jelang Data NFP AS, 1 hari, #Forex Teknikal   |   NZD/USD kehilangan momentum di bawah level 0.6170, mata tertuju pada Data NFP AS, 1 hari, #Forex Teknikal
Selengkapnya

Dolar AS Menguat Seusai Kiamat Singkat Pound Sterling

Penulis

Dolar AS menjadi mata uang favorit pasar lantaran statusnya sebagai safe haven di tengah berbagai risiko dan ketidakpastian global saat ini.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) mencetak rekor tertinggi dua dekade baru pada level 114.52 dalam perdagangan hari Senin (26/September) berkat sentimen risk-off dan aksi jual besar-besaran yang melanda salah satu rival utamanya, pound sterling. Pengumuman rencana pemangkasan pajak Inggris memicu kesangsian pasar, sehingga kurs GBP/USD merosot drastis dalam perdagangan Jumat dan Senin.

Posisi DXY mulai surut saat memasuki sesi Eropa, seiring dengan termoderasinya aksi jual atas pound sterling. Namun, greenback tetap menjadi mata uang favorit pasar lantaran statusnya sebagai "safe haven" di tengah berbagai risiko dan ketidakpastian global saat ini.

DXY DailyGrafik DXY Daily via TradingView

Menteri Keuangan Inggris Kwasi Kwarteng mengumumkan rencana pemangkasan pajak terbesar dalam 50 tahun terakhir. Pemerintah Inggris meyakini rencana mereka akan mampu menanggulangi ancaman resesi, sekaligus menggenjot pertumbuhan ekonomi. Namun, pelaku pasar justru khawatir kalau rencana itu bakal mengakibatkan defisit membengkak dan inflasi melambung.

Pound sterling sontak mengalami kemerosotan drastis seusai pengumuman Kwarteng pada sesi New York hari Jumat lalu. Dalam sebuah wawancara pada hari Minggu, Kwarteng mengesampingkan kejatuhan kurs pound sterling itu dengan mengklaim bahwa strateginya lebih berfokus pada pertumbuhan jangka panjang daripada reaksi pasar jangka pendek. Konsekuensinya, aksi jual pound langsung marak lagi pada pembukaan perdagangan hari Senin pagi.

Kit Juckes, kepala strategi mata uang di Societe Generale, mengatakan bahwa pasar memang punya tendensi untuk bereaksi secara berlebihan. Namun, ia menggarisbawahi dua poin penting dalam kejatuhan pound sterling kali ini. Pertama, hilangnya kepercayaan pasar pada kebijakan fiskal Inggris bukanlah fundamental yang positif bagi pound sterling. Kedua, pengumuman rencana anggaran pemerintah Inggris kali ini menjadikan pound sebagai sasaran utama aksi jual versus dolar AS.

Sejumlah analis lain menyampaikan pandangan senada. Apalagi bursa saham global, mata uang negara berkembang, beserta beberapa mata uang mayor lain ikut terpukul akibat mencuatnya aksi risk-off, termasuk euro dan dolar Australia.

"Kekuatan dolar (hari ini) sebagian besar karena aksi jual atas sterling," kata Saktiandi Supaat, kepala strategi dan riset FX regional di Maybank, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Ini lebih seperti aksi risk-off. Kekhawatiran terhadap resesi global benar-benar meningkat dan meluas."

Selain perkembangan fiskal Inggris yang kurang kondusif, sejumlah kabar baru kian menegaskan iklim ketidakpastian global. Adu ancam nuklir antara Rusia dengan AS kembali mengemuka setelah Presiden Vladimir Putin mendeklarasikan mobilisasi militer pada pekan lalu. Sementara itu, bank sentral Jepang dan China menggencarkan upaya intervensi pasar demi menanggulangi pelemahan nilai tukar mata uang masing-masing.

Download Seputarforex App

298287
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.