Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) kembali mendaki ke arah rekor tertinggi setahunnya. Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa (18/Oktober), DXY mencuat sekitar 0.2 persen ke kisaran 94.10-an. Mata uang komoditas terkoreksi, demikian pula dengan pound, euro, dan yen Jepang.
Yield obligasi US Treasury 10Y kokoh pada kisaran 1.605%, sedangkan yield obligasi 5-tahunannya naik ke rekor tertinggi sejak Februari 2020. Terlepas dari absennya sinyal rate hike dalam data inflasi AS dan notulen FOMC pekan lalu, semakin banyak pelaku pasar yang bertaruh The Fed akan menaikkan suku bunga pada awal tahun depan.
Outlook inflasi AS juga membuat para pakar meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Danske Bank bahkan mensinyalir The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali pada paruh kedua tahun 2022.
"Selama beberapa saat, argumen utama kami bersandar pada dua faktor yang bersama-sama mendukung dolar, yaitu moderasi dalam pertumbuhan global dan The Fed mengambil langkah bertahap menuju kenaikan suku bunga yang tak terhindarkan," papar analis HSBC dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters, "Hal ini terjadi lebih cepat daripada perkiraan kami."
Gubernur Bank of England (BoE) baru-baru ini semakin aktif mempromosikan rencana kenaikan suku bunga untuk menanggulangi lonjakan inflasi Inggris. Namun, pound pun kemungkinan bakal takluk versus USD.
"Kami tak yakin bahwa kenaikan GBP belakangan ini akan dipertahankan terhadap USD. The Fed telah mensinyalkan pekan ini bahwa mereka berada dalam jalur untuk melaksanakan tapering QE lebih cepat dari ekspektasi. Kemungkinan dimulai dari pertengahan November atau pertengahan Desember, dan berakhir sekitar pertengahan tahun depan. Hal itu semestinya menjaga tekanan naik pada yield jangka pendek AS dan USD ke depan," kata Lee Hardman, analis mata uang MUFG, pada paparannya pekan lalu.