EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,137.59   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 16 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 16 jam lalu, #Saham AS

Dolar Garang, Wall Street Tumbang Menanti Data AS Pekan Ini

Penulis

Sejumlah berita menghebohkan memicu aksi risk-off yang menguntungkan dolar AS menjelang publikasi data ekonomi penting pekan ini.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) konsisten menanjak sejak pembukaan perdagangan awal pekan hingga mencapai kisaran 113.50-an pada sesi Asia hari Selasa (11/Oktober). Penguatan Greenback berhubungan dengan data Nonfarm Payroll yang ciamik, aksi risk-off yang merebak akibat sejumlah berita menghebohkan pada hari Senin, serta antisipasi pasar menjelang publikasi data-data ekonomi penting pekan ini.

DXY DailyGrafik DXY Daily via TradingView

Wakil Ketua Federal Reserve, Lael Brainard, kemarin mengatakan bahwa kebijakan moneter AS yang lebih ketat sudah mulai berdampak pada perekonomian, dengan perlambatan ekonomi mungkin berlangsung lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya. Ia menilai dampak sepenuhnya dari kenaikan suku bunga The Fed baru akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan.

Terlepas dari itu, The Fed gigih mengetatkan kebijakan moneter secara agresif. Presiden The Fed Chicago Charles Evans mengklaim bank sentral memiliki konsensus yang kuat untuk menaikkan target suku bunga sampai 4.5 persen per Maret 2023, kemudian mempertahankannya pada level tersebut hingga inflasi menurun dan rantai pasokan pulih. Meski pasar tenaga kerja akan melemah akibat kebijakan tersebut, ia yakin situasi tidak akan sampai mengalami resesi.

Berbeda dengan optimisme para pejabat The Fed, pelaku pasar justru kian gundah memikirkan prospek ekonomi menjelang musim rilis laporan keuangan di Wall Street. Hal ini berdampak pada jatuhnya sejumlah indeks saham utama AS, termasuk Dow Jones dan S&P 500. Nasdaq Composite bahkan amblas lebih dari 1 persen hingga mencetak harga penutupan terendah sejak 2020.

"Orang-orang khawatir terhadap perekonomian. Mereka khawatir terhadap kemungkinan resesi," kata Jake Dollarhide dari Longbow Asset Management, sebagaimana dilansir oleh Reuters.

Para trader dan investor berikutnya akan memantau rilis notulen rapat FOMC pada hari Rabu dan data inflasi AS pada hari Kamis. Kedua data ekonomi berdampak besar itu dapat memberikan petunjuk tentang arah kebijakan The Fed sekaligus prospek AS ke depan.

Pelaku pasar juga mengkhawatirkan perkembangan perang Rusia-Ukraina yang kembali memanas. Rusia kemarin melancarkan serangan misil jarak jauh ke sejumlah kota di Ukraina, sebagai aksi balasan atas peledakan jembatan selat Kerch yang menghubungkan Rusia dengan daerah pendudukannya di Krimea. Presiden Vladimir Putin mengancam akan menitahkan lebih banyak serangan jika Ukraina menggempur "wilayah Rusia" lagi.

Download Seputarforex App

298365
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.