Advertisement

iklan

USD/CAD tergelincir di bawah 1.3500-an, level terendah sejak 29 September akibat aksi jual Dolar AS yang baru, 19 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD diperdagangkan lebih tinggi di sekitar level 1.2650 setelah BoE yang hawkish dan Dolar AS yang melemah, 23 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Dolar Australia mengoreksi kerugian terbarunya akibat Dolar AS yang meredam, 23 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) akan membagikan dividen interim senilai Rp42.50 per saham atau setara Rp5.23 triliun pada 20 Desember 2023 kepada pemegang saham, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP) berencana menerbitkan Obligasi III Adhi Commuter Properti tahun 2023 dengan jumlah pokok Rp499.9 miliar, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menargetkan volume produksi batu bara 75 juta-80 juta ton pada 2023, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Perusahaan media sosial X menghadapi prospek lebih banyak pengiklan yang hengkang, kata para pakar industri periklanan, setelah Elon Musk mengecam beberapa merek terbesar yang meninggalkan platform tersebut, 1 hari, #Saham AS
Selengkapnya

Dolar Jadi Jawara Berkat Aksi BoJ dan Perang Energi Eropa

Penulis

USD/JPY melambung lebih dari 1 persen ke level tertinggi sejak tahun 2002, sedangkan EUR/USD amblas ke level terendah sejak Maret 2017.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Kurs dolar AS melanjutkan reli dalam perdagangan hari ini (28/April), sementara mata uang-mata uang rival utamanya dilanda berbagai problema. USD/JPY melambung lebih dari 1 persen ke level 130.66 sekaligus membukukan rekor tertinggi sejak tahun 2002, karena bank sentral Jepang (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar. Sementara itu, EUR/USD sempat menyentuh 1.0481 -level terendah sejak Maret 2017- setelah Rusia menyetop pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria.

USDJPY DailyGrafik USD/JPY Daily via TradingView

 

BoJ Biarkan Yen Melemah

Pernyataan para pejabat pemerintah Jepang beberapa waktu lalu sempat membuat pelaku pasar berharap BoJ akan mengubah arah kebijakannya. Namun, harapan itu sirna seusai pengumuman hasil rapat BoJ tadi pagi.

BoJ menaikkan proyeksi inflasi Jepang ke depan, tetapi menyatakan akan terus mempertahankan suku bunga -0.10 persen, program pembelian obligasi, dan kebijakan Yield Curve Control (YCC) yang telah berlangsung. Padahal, rangkaian kebijakan itu mengakibatkan pelemahan yen secara signifikan.

Sikap BoJ menempatkannya pada posisi berlawanan dengan Federal Reserve AS, serta menjadikannya lembaga paling dovish di antara bank-bank sentral mayor. Pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada rapat FOMC bulan Mei, Juni, dan Juli 2022, sehingga suku bunga The Fed mencapai tingkat 3.0% pada akhir tahun. Konsekuensinya, USD/JPY meroket seusai pengumuman BoJ.

"Setelah berpekan-pekan komentar membingungkan tentang yen dari para pejabat pemerintah, BoJ menyatakan dengan tegas -lonjakan inflasi global itu di luar Jepang, sehingga suku bunga nol akan dipertahankan," kata Sean Callow, pakar strategi senior Westpac.

"USD/JPY (pada) 130 mungkin merupakan angka bulat, tetapi itu bukan batas merah (teratas), karena perhatian (pasar) kemungkinan dengan cepat akan beralih ke 135, rekor tertinggi tahun 2022," imbuh Callow, "Yen tidak diabaikan (oleh BoJ), tetapi (pelemahan yen) itu sebagian besar merupakan efek samping di mata BoJ."

 

Awal Dari Perang Energi?

Nilai tukar dolar AS juga makin perkasa berkat eskalasi krisis di benua Eropa. Perang Rusia-Ukraina kini terancam berkembang menjadi "perang energi" lantaran Rusia menyetop pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria. Moskow menuduh kedua negara itu tak membayar pembelian gasnya dengan mata uang rubel sesuai tuntutan mereka.

Polandia dan Bulgaria menyatakan telah mengantisipasi situasi ini, sehingga takkan menimbulkan krisis energi mendadak pada kedua negara. Namun, pelaku pasar merasa panik karena Rusia menegaskan kesiapannya untuk menyetop pasokan energi ke negara-negara lain yang menolak membayar dalam rubel. Di sisi lain, Uni Eropa justru mengingatkan negara-negara anggotanya lagi bahwa pembayaran dalam denominasi rubel akan melanggar sanksi yang telah diterapkan atas Rusia.

"Ini tampaknya merupakan langkah nyata pertama dari perang energi," ujar Helima Croft, kepala riset komoditas global di RBC Capital Markets, "Pertanyaannya sekarang adalah apakah pemangkasan (pasokan energi Rusia) akan meluas ke (negara-negara) importir utama lainnya dalam situasi yang dapat dengan cepat menjadi uji ketegasan Eropa untuk mendukung Ukraina di tengah lonjakan harga energi dan peningkatan risiko resesi."

Download Seputarforex App

297662
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.