EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.53/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,091.41   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 4 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 4 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 4 jam lalu, #Saham AS

Dolar Terjebak Dilema Pasca Rilis Data Inflasi AS

Penulis

Posisi indeks dolar AS sekarang menandakan kebimbangan pasar yang dapat berkembang menjadi pergerakan sideways dalam jangka pendek.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) menyetop kemerosotannya pada kisaran 103.50 dalam perdagangan sesi New York malam ini (14/Maret). Data inflasi AS yang kuat telah menghentikan penurunan kurs dolar AS yang timbul akibat krisis perbankan AS kemarin, tetapi tak mampu menjadi katalis reli signifikan.

DXY DailyGrafik DXY Daily via TradingView

Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat menunjukkan kenaikan data utama sebesar 0.4% (Month-over-Month) pada bulan Februari 2023, sesuai dengan ekspektasi. Tapi data inflasi inti meningkat sebesar 0.5% (Month-over-Month), padahal konsensus hanya mengantisipasi kenaikan 0.4% seperti pada periode sebelumnya.

Peningkatan laju inflasi AS dalam basis bulanan berakibat pada tingkat inflasi tahunan yang tetap tinggi dan jauh dari target The Fed. Tingkat inflasi tahunan utama kini berada pada 6.0%, sedangkan inflasi inti 5.5% (Year-over-Year).

Data-data ini menghadirkan dilema bagi Federal Reserve. Mereka dituntut untuk terus menaikkan suku bunga demi mengendalikan laju inflasi, tetapi kolapsnya tiga bank baru-baru ini mengungkap besarnya bahaya dari pengetatan moneter yang terlalu agresif.

Pelaku pasar saat ini mempertimbangkan apakah Federal Reserve dalam rapat FOMC mendatang akan menaikkan suku bunga lagi demi membendung inflasi, atau tak mengubah suku bunga demi meredam ancaman krisis perbankan yang lebih luas. Posisi indeks dolar AS sekarang menandakan kebimbangan pasar yang dapat berkembang menjadi pergerakan sideways dalam jangka pendek.

Para analis menyampaikan pendapat berbeda-beda. Analis dari Goldman Sachs, Barclays, dan Wells Fargo mensinyalir The Fed takkan menaikkan suku bunga, kecuali jika kondisi pasar keuangan membaik dalam sepekan ke depan. Analis dari Bank of America dan JP Morgan mempertahankan proyeksi kenaikan suku bunga 25 bps.

"Inflasi harga konsumen tidak menunjukkan banyak tanda-tanda pendinginan dalam CPI Februari. Inflasi utama naik 0.4%, dengan indeks inti naik 0.5%. Dengan adanya waktu lebih dari seminggu hingga pertemuan FOMC berikutnya, masih ada kemungkinan kecil untuk kenaikan suku bunga 25 bps jika tekanan finansial mereda," kata Sarah House, Ekonom Senior di Wells Fargo.

Beberapa analis lain memilih untuk memantau situasi terlebih dahulu. Sedangkan analis dari Nomura mengungkapkan opini paling kontroversial dengan memperkirakan The Fed bakal memangkas suku bunga sebesar 25 bps.

Download Seputarforex App

299146
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.


Muhammad Yusuf
Saya ingin bertanya mengenai rilis data CPI, bagi saya penganut news trading yg rutin memperdagangkan CPI, di tahun 2022 ini sangat efektif dan memicu volatilitas tinggi, namun di tahun 2020 & 2019 CPI hampir tidak menjadi katalis penggerak pasar kenapa bisa seperti itu?
Seputarforex
CPI (Consumer Price Index) merupakan salah satu indikator ekonomi yang mengukur perubahan harga-harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen. Pada umumnya, jika CPI naik atau turun secara signifikan, hal tersebut dapat memicu volatilitas pada pasar keuangan karena berpotensi memberikan sinyal terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh bank sentral.Terkait dengan pertanyaan Anda, perbedaan reaksi pasar terhadap rilis data CPI pada tahun 2022, 2020, dan 2019 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
  • Perbedaan kondisi ekonomi: Tahun 2022 mungkin memiliki kondisi ekonomi yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sehingga perubahan dalam CPI lebih signifikan dan memiliki dampak yang lebih besar terhadap pasar keuangan.
  • Faktor lain yang mempengaruhi pasar: Selain CPI, terdapat banyak faktor lain yang mempengaruhi pasar keuangan seperti kebijakan pemerintah, kinerja perusahaan, kondisi politik, dan faktor-faktor lain yang mungkin lebih dominan dalam memicu pergerakan pasar pada tahun-tahun sebelumnya.
  • Tingkat kejutan atau ekspektasi pasar: Reaksi pasar juga dapat dipengaruhi oleh sejauh mana data CPI tersebut mengejutkan atau sejauh mana ekspektasi pasar terpenuhi. Jika pasar telah memperkirakan perubahan CPI sebelumnya dan data tersebut tidak memberikan kejutan, maka reaksi pasar dapat lebih rendah.
Secara keseluruhan, faktor-faktor di atas dapat menjelaskan mengapa CPI dapat memiliki efek yang berbeda pada pasar keuangan pada tahun-tahun yang berbeda. Oleh karena itu, sebagai seorang news trader, penting untuk memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi pasar dan tidak hanya mengandalkan satu indikator saja dalam mengambil keputusan perdagangan.