iklan |
iklan |
Seputarforex.com - Pada hari Jumat (14/Februari), salah satu petinggi Bank of Japan (BoJ) menyatakan bahwa ekonomi pada kuartal IV/2019 berpotensi melambat akibat terpukulnya sektor konsumsi dan permintaan ekspor karena perang dagang, kenaikan pajak penjualan, hingga wabah Virus Corona. Kondisi ini menandakan prospek yang semakin suram untuk perekonomian Jepang tahun ini.
Direktur Eksekutif Bank of Japan, Eiji Maeda, mengatakan bahwa:
"Produk domestik bruto (PDB) mungkin telah mengalami 'kontraksi besar' pada kuartal terakhir tahun lalu karena permintaan luar negeri yang lamban dan kerusakan konsumsi dari kenaikan pajak penjualan tahun lalu."
Maeda kemudian menambahkan bahwa meski Jepang menghadapi risiko perlambatan ekonomi cukup parah pada kuartal terakhir 2019, ekonomi Jepang secara jangka panjang tetap akan berkembang secara moderat berkat belanja modal dan pengeluaran pemerintah yang kuat.
Tidak hanya petinggi Bank Sentral Jepang yang melihat prospek buruk GDP kuartal IV, forecast ekonom Reuters pun berpendapat senada. Hasil forecast untuk GDP Jepang pada kuartal terakhir tahun lalu meyakini kontraksi dalam basis kuartalan sebesar 3.8 persen. Padahal pada kuartal sebelumnya, GDP tumbuh cukup menyakinkan yakni sebesar 1.8 persen.
Kontraksi Ekonomi Jepang Diprediksi Terus Berlanjut
Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura, mengatakan bahwa wabah virus serta cuaca hangat tak wajar yang mengganggu penjualan berbagai barang-barang musiman adalah "faktor terbaru yang membebani ekonomi".
Meski peningkatan jumlah korban virus Corona sudah melambat, dampak terhadap aktivitas ekonomi diperkirakan masih akan terasa dalam waktu cukup lama. Perlu diketahui, Jepang merupakan salah satu negara di luar China yang terdampak paling parah dengan jumlah penderita virus Corona mencapai 251 orang.
Beberapa analis memperkirakan jika ekonomi Jepang akan mengalami kontraksi lebih lanjut pada kuartal pertama tahun ini, karena wabah virus China merusak ekspor, output, dan konsumsi, serta penurunan tajam pada kunjungan turis asing. Padahal selama ini, kunjungan wisatawan asing merupakan salah satu penopang perekonomian yang menjadi sumber penghasil utama devisa selain ekspor.
Merespon hal ini, Menteri Keuangan Taro Aso baru menyatakan kesiapan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah ekstra berdasarkan skala dampak virus Corona.
Yen Berada Di Level Rendah Versus Greenback
Saat berita ini diturunkan, pair USD/JPY diperdagangkan pada kisaran 109.83, menguat 0.02 persen dari harga pembukaan harian. Bila mengacu pada time frame Daily, posisi Yen sejatinya masih berada di dekat kisaran terendah sejak bulan Mei 2019.
Status safe haven yang disandang oleh Yen seolah tidak berlaku saat melawan Dolar AS, yang sejatinya juga dianggap pelaku pasar sebagai safe haven. Hal ini terjadi karena perekonomian AS yang kokoh sehingga membuat investor lebih memilih Dolar AS saat terjadi aksi penghindaran risiko di tengah wabah virus Corona dalam beberapa waktu terakhir.