Seputarforex - Pada hari Kamis (14/Januari), Biro Statistik Nasional China mempublikasikan data ekspor yang naik sebesar 18.1 persen secara tahunan (Year-over-Year) di bulan Desember. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan rilis periode sebelumnya yang 21.1 persen, tapi melampaui ekspektasi ekonom untuk kenaikan 15 persen saja.
Ekspor China terus menunjukkan kenaikan berturut-turut dalam 7 bulan terakhir. Hal ini mencerminkan semakin membaiknya permintaan pasar dari luar negeri. Pabrik-pabrik China juga memanfaatkan momentum lockdown di negara barat untuk merebut pangsa pasar sehingga mendorong volume ekspor tumbuh kian kokoh dalam beberapa bulan ke belakang.
Permintaan domestik China juga terus mengalami pertumbuhan stabil, tercermin dari data impor bulan Desember yang naik sebesar 6.5 persen secara tahunan. Angka ini lebih tinggi ketimbang perkiraan ekonom untuk kenaikan dari 4.5 persen menjadi 5.0 persen.
Data ekspor dan impor China yang cukup impresif pagi ini berdampak langsung terhadap neraca perdagangan (Trade Balance) negeri tersebut. Surplus perdagangan China dilaporkan melonjak hingga menembus rekor tertinggi lebih dari 10 tahun terakhir, tepatnya dari $75.4 miliar menjadi $78.17 miliar.
Namun, penerapan lockdown di provinsi Hebei baru baru ini diperkirakan akan berdampak terhadap performa ekonomi China untuk bulan Januari. Belum ada tanda-tanda penurunan wabah virus Corona secara global, sehingga berpotensi momentum kebangkitan ekonomi tahun ini dikhawatirkan akan terhambat.
USD/CNH Bergerak Terbatas
Rilis data perdagangan China pagi ini tidak berdampak signifikan terhadap pergerakan mata uang Yuan versus Dolar AS. Pada saat berita ini diturunkan, pair USD/CNH diperdagangkan pada kisaran 6.4679, menguat 0.02 persen dari harga Open harian.
Secara garis besar, USD/CNH berkonsolidasi dalam range yang terbentuk sejak penurunan signifikan awal tahun lalu. Ini mencerminkan reli Dolar AS mulai kehabisan tenaga di tengah penurunan imbal hasil obligasi AS.