EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,328.78/oz   |   Silver 27.40/oz   |   Wall Street 37,863.26   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 12 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 13 jam lalu, #Saham AS

Eropa Diambang Perang, Forex Pun Ikut Bergoyang

Penulis

Kemarin, Reuters mengabarkan nilai tukar Dollar AS terhadap mata uang major menguat ke titik puncak dua minggu gara-gara ketegangan di Eropa. Rusia telah mempersiapkan 150.000 tentara untuk melakukan intervensi militer di Ukraina, sementara AS memperingatkannya agar menahan diri untuk ikut campur. Akibatnya, penguatan USD tak bertahan lama. Apalagi, testimoni presiden Bank Sentral Amerika di Kongres AS tadi malam justru mendorong pelemahan USD dalam sebagian besar pair major. Kedua topik ini akan mewarnai sentimen pasar hingga beberapa waktu kedepan.

Kemarin, Reuters mengabarkan nilai tukar Dollar AS terhadap mata uang major menguat ke titik puncak dua minggu gara-gara ketegangan di Eropa. Rusia telah mempersiapkan 150.000 tentara untuk melakukan intervensi militer di Ukraina, sementara AS memperingatkannya agar menahan diri untuk ikut campur. Akibatnya, penguatan USD tak bertahan lama. Apalagi, testimoni presiden Bank Sentral Amerika di Kongres AS tadi malam justru mendorong pelemahan USD dalam sebagian besar pair major. Kedua topik ini akan mewarnai sentimen pasar hingga beberapa waktu kedepan.
konflik ukraina 2014Rebutan Pengaruh Rusia vs Uni Eropa di Ukraina
Benih-benih kerusuhan Ukraina sebenarnya sudah lama tersemai, berpangkal dari dua faksi yang saling memperebutkan kekuasaan. Faksi pengusung Viktor Yanukovich yang kabarnya didukung Rusia, serta faksi oposisi yang menghendaki kerjasama lebih luas dengan Uni Eropa. Sejak 2004, keduanya bergantian menguasai pemerintahan, hingga Yanukovich kembali menduduki jabatan presiden pada 2010. Pemerintah dibawah Yanukovich memenjarakan tokoh oposisi Yulia Tymoshenko yang sebelumnya menjadi PM Ukraina, atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan. Setelah itu, kondisi relatif tenang, walau demonstrasi anti-pemerintah terus berlanjut. Ketenangan berakhir tanggal 18 Februari kemarin saat terjadi bentrokan berdarah antara demonstran dan polisi. Selama beberapa hari kemudian, kedua belah pihak pemerintah menggalakkan penggunaan senjata, sementara oposisi di parlemen semakin dominan.
demo pro uni eropa di ukrainaPada 22 Februari, Parlemen memakzulkan Yanukovich dan keesokaannya mengangkat Oleksandr Turchynov sebagai presiden sementara. Demonstran pro-Uni Eropa berhasil menguasai ibukota Kiev, sedangkan Yanukovich melarikan diri karena telah dirilis perintah penahanan atas dirinya. Masalah ini tidak lagi menjadi problem domestik Ukraina, seiring dengan beredarnya instruksi presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mempersiapkan 150.000 tentara di perbatasan. Berita terakhir pagi ini, Yanukovich dikabarkan bersembunyi di suatu lokasi rahasia di Rusia, sedangkan beberapa orang bersenjata berbahasa Rusia diberitakan merebut bangunan-bangunan vital di daerah Krimea (perbatasan Ukraina-Rusia).

Pengaruh Ketegangan di Ukraina Terhadap Forex
Di pasar finansial, pelaku pasar melihat potensi perang yang mengancam Uni Eropa sebagai isu kritis, terutama karena Putin belum merespon himbauan AS untuk tidak melakukan intervensi. Hingga saat ini, ia sudah melemahkan ekspektasi pasar terhadap Euro dan mata uang emerging markets, serta menggenjot minat akan mata uang safe haven tradisional (JPY dan CHF), bahkan mempengaruhi pergerakan Dollar AS. Mata uang Ukraina Hryvnia dan Rubel Rusia telah lebih dulu tumbang awal minggu ini. Euro menyusul ditengah ketidakjelasan sikap Bank Sentral Eropa (ECB) akan ancaman deflasi di wilayah tersebut. Ketegangan di Ukraina memperburuk outlook ekonomi Uni Eropa, khususnya karena ada beberapa anggotanya yang secara langsung berbatasan dengan Ukraina.

Yen Jepang dan Franc Swiss kemarin mengalami reli penguatan terhadap Dollar dan Euro, karena pasar cenderung beralih ke safe haven tradisional di masa-masa seperti ini. Namun ini bukan sinyal tren jangka panjang. Masafumi Yamamoto dari Praevidentia Strategy Tokyo dikutip Reuters mengatakan, insiden-insiden terpisah di Ukraina akan terus mempengaruhi Dollar, setidaknya hingga pemilu bulan Mei. Namun, ia menambahkan, lemahnya dollar terhadap Yen hanya sementara, karena para spekulan akan selalu siap beraksi, berdasarkan pada keyakinan bahwa bentrokan militer takkan sungguh-sungguh terjadi. Pendek kata, jangan lewatkan perkembangan revolusi Ukraina dalam pengamatan fundamental Anda, khususnya untuk trading Euro dan Greenback

Menanti Keputusan Bank Sentral Eropa dan Amerika
Sementara itu, spekulasi deflasi di Zona Eropa juga akan terus membebani Euro. Rilis data inflasi jam 5 sore nanti diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada ECB untuk segera menentukan langkah-langkah antisipasi deflasi. Sebagaimana telah banyak diberitakan, angka inflasi Eropa terus merosot, menunjukkan gejala kian lesunya perekonomian wilayah tersebut. Banyak yang mengharapkan ECB melancarkan stimulus moneter untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kembali gairah bisnis. Namun sejauh ini, presiden ECB, Mario Draghi, selalu menepis rumor deflasi, mengindikasikan keengganan untuk mengambil sikap.
Janet Yellen dan Mario DraghiDollar AS bukan hanya digoyang ketegangan politik Ukraina. Testimoni presiden bank sentral AS, The Fed, Janet Yellen, tadi malam menggambarkan pergeseran pandangan The Fed yang semakin dovish. Yellen memberikan sinyal bahwa the Fed akan mengalihkan patokan kebijakannya dari sekedar angka statistik menjadi level pengangguran yang sesungguhnya. Ia mengikrarkan kembali janji the Fed untuk mempertahankan tingkat suku bunga rendah selama pengangguran masih diatas 6,5%, asalkan proyeksi inflasi lebih rendah dari 2,5%. Tetapi disaat yang sama, ia mengimplikasikan akan menyediakan panduan kualitatif disamping patokan kuantitatif tersebut. Alasannya, persentase tingkat pengangguran saja tidak bisa menggambarkan kondisi ketenagakerjaan yang sesungguhnya.

Mendengar testimoni yang demikian, investor makin pesimis the Fed akan menaikkan suku bunga ataupun melanjutkan tapering. Apalagi, Yellen mengakui bahwa the Fed tidak yakin buruknya data-data ekonomi Amerika belakangan ini hanya disebabkan oleh musim dingin ekstrim. Intinya, the Fed akan menunggu konfirmasi lebih lanjut dari data ekonomi paska musim dingin sebelum memutuskan langkah selanjutnya.

162770

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.