Pasangan mata uang EUR/USD naik hingga menembus level 1.24 di awal sesi New York hari Senin (26 Maret). Penguatan Euro diikuti oleh Yen, yang menunjukan kembalinya minat risiko setelah aksi sell-off pada hari Jumat akhir pekan lalu. Posisi Dolar terhadap Yen berada di dekat level Low 16 bulan di level 104.56. Pada pukul 20:57 WIB, USD/JPY diperdagangkan di level 105.22. Sementara itu, EUR/USD berada di level tertinggi dua setengah minggu pada level 1.2432 saat berita ini ditulis.
Sebagian Investor beranggapan bahwa pernyataan Fed minggu lalu merupakan momentum bagi Greenback untuk rebound, mengingat Dolar selama setahun terakhir telah melemah versus major currencies terutama terhadap Euro dan Sterling. Namun harapan Investor tersebut tidak terwujud, seiring dengan Dolar yang kini justru mencatatkan penurunan mingguan terbesar dalam sebulan.
"Pernyataan Fed minggu lalu menunjukan adanya prospek yang lebih bullish untuk Dolar. Namun kami melihat ada potensi pelemahan baru bagi Dolar, sehingga hal itu menjadi indikasi aliran penyeimbang struktural (dari outlook bullish Dollar)," ucap Richard Falkenhall, Analis FX senior SEB.
Manuel Oliveri, ahli strategi forex Credit Agricole di London pun mengutarakan pernyataan bernada serupa. "Sentimen risiko tetap diwaspadai dan outlook kami terhadap Dollar tetap Bearish dengan tidak adanya perubahan yang mengejutkan pada fundamental AS, meski prospek kenaikan suku bunga (lanjutan) mendukung Greenback," ucapnya.
USD/JPY: Antara Risiko Perang Dagang Dan Skandal Politik Jepang
Greenback terpantau masih bertahan dekat level terendah 16 bulan versus Yen, di tengah meluasnya kekhawatiran pelaku pasar tehadap potensi perang dagang AS-China yang menekan pasar ekuitas global.
Dominasi Yen terhadap Greenback tidak sepenuhnya solid. Pasalnya, faktor lain seperti skandal politik yang saat ini sedang berlangsung di Jepang bisa menggoyang posisi JPY. Perlu diketahui bahwa, langkah ekonomi Shinzo Abe yang disebut dengan "Abenomics" telah menjadi faktor utama penyebab Yen menurun tajam versus Dolar dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya memang untuk menekan nilai Yen, agar volume ekspor Jepang bisa meningkat. Namun sayangnya, skandal terbaru ini bisa mengancam posisi Abe dan kebijakan Abenomics-nya.
"Munculnya kekhawatiran terkait potensi perang dagang AS-China dan jelang testimoni di parlemen Jepang pada hari Selasa besok (27 Maret) telah mendorong sebagian investor melepas Yen (membeli Dolar)," kata Yukio Ishizuki, Analis Forex di Daiwa Securities.