Ekspor Jerman anjlok di angka penurunan terendah 5 setengah tahun terakhir, atau sejak krisis finansial global di tahun 2009. Hasil data yang turun pada Kamis (9/10), menandakan performa ekonomi terbesar Zona Euro yang kian terpuruk ditengah buruknya kondisi perekonomian Eropa saat ini.
Kantor Statistik Federal menyatakan jika penyebab turunnya angka ekspor dan impor Jerman adalah liburan musim panas yang mengalami penundaan di beberapa negara bagian negara tersebut. Outlook ekonomi Jerman masih negatif terkait dengan penurunan pesanan industri dan laporan-laporan dari data ekonomi yang rilis awal minggu ini.
Ekonomi Jerman Semakin Terpuruk
Hasil ekspor Jerman dilaporkan turun 5.8%, atau lebih buruk dari prediksi penurunan di angka 4.0%. Sementara angka impor juga berkurang 1.3%, yang juga mengindikasikan perbedaan dari perkiraan analis. Sebelumnya, ekspektasi terhadap impor Jerman naik ke level 1.0%. Data selanjutnya menunjukkan surplus neraca perdagangan Jerman yang berkurang dan berada d angka 17.5 milyar Euro, atau lebih rendah dari hasil bulan Juli di level 22.2 milyar Euro. Perolehan ini lebih buruk, karena prediksi sebelumnya memperkirakan penurunan surplus hanya sampai di 18.5 milyar Euro.
Perekonomian Jerman menunjukkan tanda-tanda penguatan yang menjanjikan di awal tahun, namun angka pertumbuhannya turun 0.2% di kuartal kedua. Dari data-data ekonomi yang rilis di kuartal ketiga, ekonomi Jerman tidak mengalami perkembangan yang berarti dan malah diprediksi akan terkontraksi.
Sebelumnya, IMF juga memotong ekspektasinya terhadap angka pertumbuhan ekonomi Jerman dari 1.9% ke 1.4%. Aksi ini rupanya juga diikuti oleh beberapa lembaga ekonomi terkemuka lainnya, yang mantap menurunkan angka ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi Jerman setelah menilik prediksi dari IMF.
Jebloknya perekonomian Jerman saat ini dinilai terjadi di saat yang sangat tidak tepat karena kondisi Zona Euro pun tak kalah buruk. Status Jerman sebagai negara dengan perekonomian terkuat di area tersebut membawa tekanan tersendiri untuk mendorong konsumsi publik dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi di Eropa.
EUR/USD Tak Bergeming
Pencapaian tersebut rupanya tak mampu geser Euro dari penguatannya terhadap USD. EUR/USD sempat mencapai level 1.2971, atau poin tertinggi 2 pekan terakhir. Pair tersebut kemudian dirangkum menguat 0.23% dan diperdagangkan pada 1.2765.
Mantapnya posisi EUR/USD tersebut tidak terlepas dari kekecewaan pasar terhadap notulensi FOMC yang rilis hari ini. Sebelumnya, investor memperkirakan kenaikan suku bunga AS yang akan segera terlaksana karena positifnya data-data ekonomi AS dalam beberapa minggu terakhir. Namun keengganan The Fed untuk segera menaikkan suku bunga AS dan pemangkasan outlook pertumbuhan ekonomi menyebabkan nilai Greenback jatuh terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya.