EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.53/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,096.95   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 5 jam lalu, #Saham AS

Yellen: Brexit Bisa Pengaruhi Kebijakan Suku Bunga AS

Penulis

Ketua Federal Reserve, Janet Yellen, Selasa (21/Juni) malam kemarin mengatakan, Inggris yang meninggalkan Uni Eropa akan menimbulkan imbas yang signifikan pada perekonomian, termasuk dalam outlook finansial Amerika Serikat.

Ketua Federal Reserve, Janet Yellen, Selasa (21/Juni) malam kemarin mengatakan, Inggris yang meninggalkan Uni Eropa akan menimbulkan imbas yang signifikan pada perekonomian, termasuk dalam outlook finansial. Yellen, di samping memperingatkan dampak Brexit yang kemungkinan akan timbul seperti lambatnya pertumbuhan ketenagakerjaan serta kekhawatiran global tentang China, juga memberikan sinyal bahwa pihaknya tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

janet_yellen
Ketua The Fed itu juga masih menyinggung dampak dari kepanikan investor dan volatilitas pasar dalam beberapa bulan terakhir. Komentar tersebut muncul setelah laporan pasar tenaga kerja AS yang kurang baik dalam dua bulan terakhir dan tumbuhnya sinyal kegugupan dalam pasar saham AS sehubungan dengan referendum Inggris yang akan menentukan keanggotaannya di Uni Eropa.


Outlook Ekonomi AS Berpotensi Terimbas Brexit

"Satu hal yang dapat menggeser sentimen investor adalah referendum keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa sebentar lagi," kata Yellen dalam testimoninya di hadapan komite senat perbankan, perumahan, dan kerjasama wilayah AS. "Suara 'exit' dari rakyat Inggris dapat menyebabkan imbas yang signifikan." Lebih jauh, Yellen menambahkan, jika Inggris keluar dari UE, maka bisa jadi outlook perekonomian AS akan juga akan terpengaruh, namun ia tak tahu pasti sektor apa tepatnya yang akan terpengaruh paling besar.

Yang jelas, reaksi dalam sektor finansial kemungkinan adalah perburuan terhadap aset-aset yang aman, yang artinya akan mendorong naik Dolar dan mata uang-mata uang safe haven lainnya. "Saya tidak ingin terlalu berspekulasi tentang dampak yang mungkin ditimbulkan (jika Inggris Brexit), tetapi kami akan mengawasinya dengan ketat," tutur Yellen. Menjawab pertanyaan apakah perekonomian AS akan kembali ke resesi jika Inggris hengkang dari UE, Yellen mengatakan,"Saya kira tidak sampai demikian, tetapi kita hanya tidak tahu pasti apa yang akan terjadi."

 

Perlambatan Ketenagakerjaan Turut Menentukan

Di sisi lain, terkait masalah ketenagakerjaan yang melambat sebagaimana ditunjukkan oleh buruknya angka NFP bulan April dan Mei, disebut oleh Yellen sebagai "fenomena sementara". Namun demikian, perlambatan ketenagakerjaan bisa bertahan lama, jika disandingkan dengan penurunan potensi ekonomi AS; yang mana menurutnya ini berarti suku bunga kemungkinan akan tetap berada dalam level rendah "untuk beberapa waktu lagi".

Yellen menekankan, kebijakan moneter AS saat ini masih akomodatif dengan ekspektasi kenaikan suku bunga dua kali lagi tahun ini. Para anggota komite FOMC sudah mempersiapkan proyeksi di rapat pada Juni lalu dan mengantisipasi level suku bunga tetap kurang dari 1 persen tahun ini.

Janet Yellen akan kembali tampil dalam dengar pendapat lanjutan pada hari Rabu ini untuk melengkapi testimoninya di Kongres.

 

Pendapat Analis

Terlepas dari testimoni Yellen, pendapat analis yang dirangkum oleh CNN Money menyebutkan, ada 3 kemungkinan pilihan yang bisa diambil oleh The Fed dalam kondisi tak pasti seperti dewasa ini, di antaranya:

  1. Menurunkan tingkat suku bunga dengan tujuan untuk membuat uang menjadi murah dengan harapan memacu pengusaha untuk meminjam uang dan mengembangkan usaha mereka seperti merekrut tenaga kerja dan membuka investasi baru.
  2. Membeli lebih banyak obligasi dengan tujuan yang hampir sama dengan penurunan suku bunga, namun untuk ini, arahnya lebih pada sektor perumahan, dengan harapan akan lebih banyak orang yang membeli rumah.
  3. "Helicopter Money", yaitu salah satu alternatif kebijakan selain QE dimana bank sentral secara langsung memonetisasi anggaran atau meluncurkan uang langsung ke sektor swasta tanpa perantara fiskal, dengan tujuan membuat masyarakat membelanjakan lebih banyak uang. Akan tetapi, belum ada preseden untuk metode ini dan menurut analis tersebut, ini merupakan pilihan yang sangat terakhir dan hampir tak mungkin dilakukan.

267123
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.