EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.790   |   GBP/USD 1.235   |   AUD/USD 0.646   |   Gold 2,305.51/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,116.76   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Tak Hanya Euro, Krisis Turki Turut Menekan Mata Uang Negara Berkembang

Penulis

Krisis Turki telah mendorong Investor mencari posisi aman dengan membeli mata uang safe haven. Akibatnya, Euro dan mata uang negara berkembang merosot tajam.

Mata uang Euro belum mampu memulihkan diri dari Low 13 bulan terhadap Dolar AS pada hari Selasa (14/8) pagi ini, karena krisis Turki yang dikhawatirkan dapat berdampak luas pada perkonomian Uni Eropa dan pasar Emerging Market (negara berkembang) lainnya. Hal itu tak ayal membuat sebagian besar mata uang negara berkembang bergerak melemah sejak hari Senin kemarin.

Euro Defensif Karena Krisis Turki, Mata

Euro Kesulitan Menguat, Yen Kalah Saing Sebagai Safe Haven

Pada pukul 07:10 WIB tadi, pair EUR/USD diperdagangkan pada level 1.1405 setelah sempat jatuh ke level terendah 13 bulan pada perdagangan hari Senin kemarin. Sebagai catatan, Euro telah anjlok 2.4 persen sejak awal Agustus terhadap Dolar AS. Ketika berita ini ditulis, EUR/USD masih berupaya bangkit di kisaran 1.1408.

EUR/USD - 14 Agustus

 

Krisis Turki telah mendorong Investor mencari posisi aman dengan membeli mata uang safe haven, sehingga Franc Swiss melonjak hingga menyentuh level 1.1288, yang merupakan level tertinggi 1 tahun terhadap Euro. Akan tetapi, Yen yang selama ini dianggap mata uang safe haven, seolah tidak bisa berbuat banyak karena harus tergelincir atas Dolar AS karena kenaikan imbal Obligasi AS. Pair USD/JPY saat ini diperdagangkan pada level 110.85, setelah sempat menyentuh level rendah 110.11 pada hari Senin kemarin.

USD/JPY - 14 Agustus

 

Mata Uang Negara Berkembang Ikuti Penurunan Lira

Investor yang gugup atas krisis Turki, mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang yang sebagian besar mengalami defisit neraca berjalan, dan sangat bergantung pada modal asing. Kejatuhan mata uang negara berkembang membuat bank-bank sentral mulai melakukan intervensi. Salah satu contohnya adalah Bank Indonesia yang tengah berupaya mempertahankan nilai Rupiah. Selain itu, bank sentral India dilaporkan melakukan intervensi setelah Rupee tergelincir cukup dalam versus Dolar AS.

Lira Turki mencatatkan penurunan 0.6 persen terhadap Dolar AS di sesi Asia hari Selasa ini, dan berada di level 6.955 per USD. Sejatinya, Lira berusaha bangkit, setelah sempat menyentuh level paling rendah pada 7.24 per USD dalam sesi trading kemarin. Perlu diketahui, Lira telah melemah 30 persen terhadap Greenback dalam beberapa pekan terakhir. Kejatuhan Lira dimulai dari sikap Presiden Tayyip Erdogan yang enggan menaikkan suku bunga, meski tingkat inflasi Turki meningkat. Di samping itu, keretakan hubungan Turki dan AS ikut memperburuk performa Lira.

"Lira Turki tetap akan bergerak volatil dan saya rasa terlalu dini untuk menyebut Lira sudah berada di posisi paling rendah (Oversold). Untuk saat ini, Lira berdampak negatif pada mata uang negara berkembang," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi senior di Daiwa Securities.

284891
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.