EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,328.78/oz   |   Silver 27.41/oz   |   Wall Street 37,824.71   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 5 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 11 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 11 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 12 jam lalu, #Saham AS

Output Industri China Di Bawah Ekspektasi, Investasi Tumbuh Positif

Penulis

Output Industri China awal tahun 2019 dirilis mengecewakan. Namun, sektor investasi yang melaju pesat sedikit meredam kekecewaan pasar.

Pada hari Kamis (14/3), Departemen Statistik China merilis data pertumbuhan output Industri untuk periode Januari-Februari 2019, yang mengalami pertumbuhan sebesar 5.3 persen YoY, atau mencatatkan laju kenaikan paling lemah dalam 7 tahun terakhir (sejak 2012). Pertumbuhan tersebut juga lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar yang mematok forecast di level 5.6 persen. Hal ini semakin menegaskan menegaskan pelemahan lebih lanjut pada perekonomian Negeri Tirai Bambu tahun ini.

Output Industri China Catat Laju

 

Dampak Lanjutan Dari Perang Dagang Dengan AS

Perlambatan output industri di negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia tersebut bukan tanpa alasan, mengingat dalam beberapa bulan terakhir, pabrik-pabrik China menghadapi penurunan permintaan baik dari pasar domestik maupun luar negeri. Pelemahan permintaan dari luar negeri lebih dipicu oleh kenaikan tarif impor barang-barang China di pasar AS, yang merupakan mitra dagang terbesar China.

Buruknya rilis data output Industri China hari ini, seolah melengkapi rentetan rilis data fundamental yang belum menunjukkan kinerja positif. Akan tetapi, beberapa analis mengatakan jika terlalu dini untuk menyimpulkan terjadinya perlambatan ekonomi China di tahun ini. Menurut mereka, pasar setidaknya perlu menunggu rilis data kuartal pertama 2019 pada bulan April mendatang.

 

Investasi China Lanjutkan Trend Positif

Perlambatan output industri China yang mengecewakan pasar setidaknya dapat diredam oleh rilis data pertumbuhan investasi aset tetap yang meningkat sebesar 6.1 persen YoY dalam dua bulan pertama tahun ini. Kenaikan sebesar 0.2 persen dari akhir tahun lalu itu sesuai dengan ekspektasi ekonom.

Output Industri China Dibawah

Dilaporkan juga bahwa investasi sektor swasta mencatatkan kenaikan sebesar 7.5 persen pada periode yang sama, cukup impresif, tapi sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan 8.7 persen sepanjang 2018 lalu. Perlu diketahui, sektor swasta memegang peranan besar dalam investasi di China, karena berkontribusi sebesar 60 persen dari keseluruhan investasi negara yang berada di kawasan Asia Timur tersebut.

Investasi yang melaju pesat itu dipicu oleh langkah pemerintah China yang dalam beberapa waktu terakhir mempercepat pembangunan proyek jalan dan kereta api, sebagai salah satu upaya menghidupkan kembali permintaan dan geliat ekonomi.

287749
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.