EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.540   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.642   |   Gold 2,380.27/oz   |   Silver 28.68/oz   |   Wall Street 37,873.07   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,087.32   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   XAU/USD bullish efek masih berlanjutnya tensi konflik Israel-Iran, 7 jam lalu, #Emas Fundamental   |   Pasar bergerak dalam mode risk-off di tengah berita utama mengenai serangan Israel ke Iran, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Poundsterling menemukan area support, meskipun sentimen risk-off membuat bias penurunan tetap terjaga, 8 jam lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/JPY bertahan di bawah level 192.00 setelah data penjualan ritel Inggris, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 13 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 14 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 14 jam lalu, #Saham AS

Sterling Menanjak, Dibayangi Isu Penundaan Brexit dan Pemilu Dini

Penulis

Pasangan mata uang GBP/USD naik dua hari beruntun. Namun, poundsterling masih dibayangi sejumlah risiko politik terkait brexit.

Mata uang Poundsterling menguat sekitar 0.15 persen ke level 1.3080 terhadap Dolar AS pada awal sesi Eropa hari Selasa ini (9/April), tetapi belum keluar dari kisaran terendah bulan ini. Pelaku pasar mengekspektasikan kalau Uni Eropa bakal setuju untuk menunda deadline brexit lagi. Namun, sejumlah risiko politik masih membayangi Cable, antara lain terkait ancaman pemilu dini.

GBPUSD Daily

 

Pemilu Dini Tak Terhindarkan?

Sebagaimana diketahui, bulan lalu Uni Eropa memberikan waktu bagi Inggris hingga tanggal 12 April mendatang untuk menentukan apakah mereka akan memilih "No-Deal Brexit" atau menunda brexit hingga suatu waktu yang belum ditentukan. Penundaan brexit yang diharapkan oleh Uni Eropa dalam ultimatum tersebut, mengharuskan Inggris agar ikut berpartisipasi dalam pemilu parlemen Uni Eropa pada tanggal 23-26 Mei mendatang.

Sejalan dengan itu, parlemen Inggris telah memutuskan untuk menghapus probabilitas "No-Deal Brexit", dengan merilis perundangan yang mengharuskan PM Theresa May untuk mengajukan penundaan deadline brexit. Menanggapi makin dekatnya deadline 12 April, akhir pekan lalu May mengirimkan surat permohonan kepada Uni Eropa untuk menundanya hingga 30 Juni mendatang. Di sisi lain, ia juga mengadakan perundingan lintas partai untuk mencari dukungan bagi draft EU Withdrawal Agreement dari kelompok di luar partai Konservatif-nya sendiri, yang dianggap "penuh dengan pemberontak".

Keputusan May tersebut memicu potensi krisis politik baru, karena penyusutan dukungan atas posisinya sebagai Perdana Menteri bisa mengakibatkan diadakannya pemilu dini di Inggris. Martin Enlund, seorang pakar strategi dari Nordea Market, mengatakan bahwa PM Theresa May sudah mendekati titik penghabisannya, dan sulit baginya untuk membayangkan kemajuan mengenai brexit tanpa perubahan mandat parlemen. "Pada akhirnya, pemilu baru tak terhindarkan," kata Enlund.

 

Uni Eropa Belum Tentu Kabulkan Penundaan Hingga 30 Juni

Analis dari salah satu dealer forex terbesar dunia, Citigroup, juga mengatakan bahwa mereka memperkirakan Inggris akan mengadakan pemilu dini dalam beberapa bulan ke depan, sementara Uni Eropa bakal menawarkan penundaan deadline brexit lagi. Namun, belum diketahui berapa lama penundaan yang akan disetujui oleh Uni Eropa tersebut.

"Kami terus menerus menyaksikan (potensi) kenaikan bagi GBP jika ada resolusi 'Soft Brexit', tetapi investor kemungkinan enggan untuk ikut andil selagi ketidakpastian tetap tinggi dan adanya ancaman pemilihan umum yang membayangi. Pantau langkah-langkah yang lebih jelas menuju kompromi menjelang pertemuan EU Council," kata Zach Pandl, pakar strategi forex dari Goldman Sachs.

Para petinggi Uni Eropa akan menggelar pertemuan untuk mendiskusikan penundaan brexit pada hari Rabu besok. Namun, mereka telah mengungkapkan hanya akan mengizinkan penundaan jika ada alasan kuat untuk melakukannya. Karena latar belakang ini, ada kemungkinan kalau penundaan brexit yang diajukan May tidak dikabulkan persis sesuai permintaannya. Sejumlah tokoh juga sudah mengutarakan keberatan mereka jika penundaan hanya diberikan sampai 30 Juni saja. Jadi, hasil dari pertemuan itu pun susah diproyeksikan.

288069
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.