EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 11 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 17 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 17 jam lalu, #Saham AS

Rupiah Kian Tertekan Data Inflasi Dan PMI Manufaktur

Penulis

Nilai tukar Rupiah semakin tertekan akibat dari sentimen dalam negeri, yaitu rilis data inflasi November dan PMI Manufaktur.

Seputarforex - Mengawali perdagangan di Bulan Desember ini, Rupiah tak berdaya melawan Dolar AS. Berdasarkan grafik TradingView di bawah ini, USD/IDR menguat 0.14% ke level Rp14,120.

nilai tukar usdidr

Angka itu beda tipis dengan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menunjukkan nilai tukar USD/IDR di Rp14,122, lebih tinggi dibandingkan nilai penutupan perdagangan pekan lalu. Apa penyebab Rupiah melemah?

 

Inflasi November Lebih Rendah Daripada Ekspektasi

Sentimen dalam negeri cukup menekan Rupiah hari ini. Pada hari Senin (02/Desember), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi bulan November yang sebesar 0.14% (MoM). Meskipun menunjukkan kenaikan dari angka bulan sebelumnya, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan ekspektasi kenaikan ke 0.20%.

data inflasi november 2019

Sama halnya dengan data inflasi berbasis bulanan, inflasi November (YoY) yang mencapai 3.00% juga lebih rendah daripada nilai perkiraan di 3.14%, dan turun dari inflasi periode sebelumnya di 3.20%.

Sementara itu, inflasi inti November mencapai 3.08%, tidak berbeda jauh dengan nilai forecast di 3.14%. Berdasarkan data BPS, nilai inflasi bulan November didukung oleh kenaikan harga yang terjadi di 70% dari total 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK).

"Kota Manado menjadi penyumbang inflasi tertinggi, sedangkan kota dengan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers hari ini yang disiarkan di akun resmi BPS di YouTube.

Ia menjelaskan bahwa hampir seluruh kelompok pengeluaran masyarakat mengalami inflasi. Hanya 1 dari 7 kelompok tersebut mengalami deflasi, yaitu sektor Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.

"Satu-satunya penyumbang deflasi. Ini kemungkinan disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara, belum peak season. Jadi ada penurunan harga," terang Suhariyanto.

Sedangkan kelompok yang memiliki andil besar pada inflasi bulan November adalah Bahan Makanan, dengan nilai 0.37%. Kondisi ini diakibatkan oleh kenaikan harga bawang merah, daging ayam ras, telur ayam, dan tomat. Dari sektor lain, rokok juga mengalami kenaikan harga. Pantauan BPS menyebutkan adanya lonjakan harga rokok di 50 dari 82 kota IHK.

Selanjutnya, BPS memperkirakan lonjakan tajam nilai inflasi akan terjadi pada bulan Desember. Sesuai dengan histori pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat momen libur sekolah, event Natal dan menjelang Tahun Baru yang menyebabkan permintaan masyarakat meningkat tajam. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan inflasi tinggi.

 

PMI Manufaktur Masih Di Level Kontraksi

Selain inflasi, nilai tukar Rupiah juga terbebani oleh rilis data PMI Manufaktur versi IHS Markit. Nilai PMI Manufaktur bulan November mengalami kenaikan dari 47.7 menjadi 48.2. Meski meningkat, level tersebut masih di bawah 50, yang berarti betah di zona kontraksi.

Menurut Ekonom dari IHS Markit, Bernard Aw, lemahnya data manufaktur kemungkinan berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2019.

"Dengan rata-rata PMI Oktober dan November sebesar 48, kami memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2019 hanya tumbuh 4.9%. Survei kami menunjukkan permintaan produk manufaktur masih lemah," jelas Bernard.

291144
Penulis

Sudah terjun di dunia jurnalis sejak 2013. Aktif menulis di media cetak, online, dan website pribadi dengan berbagai macam topik. Selain itu, juga trading saham sejak 2018.