Seputarforex.com - Dalam rilis Notulen RBA bulan Maret yang dirilis pada hari Selasa (17/Maret), tercatat bahwa dewan pengambil kebijakan Bank Sentral Australia semakin menyadari bahwa penyebaran virus Corona (COVID-19) di luar China akan menimbulkan dampak masif terhadap perekonomian global. Diprediksi, dampaknya akan lebih buruk ketimbang krisis ekonomi 2008.
Dewan RBA juga mencermati aksi panic selling aset berisiko tinggi yang terjadi di berbagai negara, karena ketidakpastian yang diakibatkan oleh pandemi virus Corona belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan, kekhawatiran ini dianggap jauh lebih buruk daripada efek wabah SARS pada tahun 2002-2003.
Tidak heran apabila bursa saham di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika terus mencatat performa negatif dalam beberapan hari terakhir, terutama sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan level virus Corona menjadi pandemi global.
Dalam lingkup domestik, anggota dewan RBA mencatat bahwa pemangkasan suku bunga ke level terendah secara historis beberapa waktu lalu, telah memicu terjadinya penurunan signifikan bunga hipotek hingga sebesar 60 basis poin sejak pertengahan tahun 2019.
AUD/USD Naik Terbatas
Usai rilis Notulen rapat RBA bulan Maret, pergerakan Dolar Australia terpantau sedikit menguat. Pada saat berita ini ditulis, pair AUD/USD berada di kisaran 0.61417, menguat 0.38 persen dari harga Open harian. Meski demikian, belum ada tanda-tanda rebound AUD terhadap USD di tengah tingginya sentimen risk-off secara global.
Di samping itu, USD saat ini ditopang oleh sejumlah langkah bank sentral maupun pemerintah untuk menopang perekonomian AS. The Fed memangkas suku bunga secara mendadak sebesar 100 basis poin menjadi 0 hingga 0.25 persen, sementara Presiden Trump dalam pidatonya beberapa jam lalu mendesak Senat untuk meningkatkan anggaran guna mencegah penyebaran pandemi lebih lanjut. Trump juga meminta agar lebih banyak dikucurkan stimulus ekonomi karena virus Corona diyakini akan membawa dampak buruk terhadap perekonomian AS.