EUR/USD akan menyentuh low di dekat paritas tahun ini selama masa kampanye Pilpres Prancis, dimana salah satu capres-nya mengampanyekan France Exit (Frexit).
Frexit alias France Exit, menjadi kehebohan berikutnya di Benua Eropa menyusul Brexit (Inggris) dan Grexit (Yunani). Jangan lupakan pula Italeave (Italia). Semua istilah tersebut adalah aksi yang merujuk pada satu tujuan: keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Frexit adalah skenario exit (keluar) dari Uni Eropa yang berpotensi terjadi di Prancis, dan menghantui investor di pasar finansial saat ini.
Frexit Dan Pemilu Prancis April-Mei 2017
Risiko yang dikandung oleh ide mengeluarkan Prancis dari Uni Eropa makin menjadi-jadi setelah tokoh ekstrim kanan Prancis sekaligus Ketua Partai National Front, Marine Le Pen, meluncurkan kampanyenya. Sebagai calon presiden yang bersentimen xenofobia, Le Pen menjanjikan keluarnya Prancis dari Uni Eropa.
Dalam pidatonya pada hari Minggu lalu, Le Pen juga dengan keras memaparkan penolakannya terhadap imigrasi dan globalisasi. Ide Le Pen membuat pasar deja vu pada Pemilu AS yang memenangkan kandidat dengan ide serupa, Donald Trump.
Memang, Le Pen bukanlah satu-satunya kandidat presiden Prancis berikutnya. Dua tokoh capres Prancis populer lainnya adalah Emmanuel Macron (Menteri Keuangan petahana Prancis) yang independen dan Francois Fillon di bawah bendera Partai Republik. Macron dan Fillon tak sevokal Le Pen dalam menolak Uni Eropa. Bahkan, Macron sempat sering unggul dalam polling-polling opini karena kebijakannya yang pro Eropa dan pro kesetaraan.
Sayangnya, dua kandidat pria tersebut tersandung masalah yang mempertaruhkan reputasi mereka. Fillon terjerat masalah dugaan korupsi, sedangkan popularitas Macron merosot drastis diterpa isu skandal perkawinan di luar nikah. Kans Fillon pun naik terhadap Macron. Meski demikian, salah satu antara Macron atau Fillon, akan bertemu dengan Le Pen di putaran final.
Polling opini (setara hasil riset lembaga survey dalam pemilu di Indonesia) kerap mengunggulkan Fillon dan Macron. Persentasenya bahkan mencapai 65% banding 35% untuk Macron dan Le Pen di putaran kedua nanti.
"Yang perlu dipikirkan saat ini adalah, kemenangan Le Pen dalam putaran pertama pemilu Prancis sangat riil kemungkinannya. Namun, para pakar politik yakin bahwa putaran kedua nanti akan menjadi tantangan besar bagi Le Pen," kata Fiona Cincotta, analis pasar City Index dalam sebuah catatan kepada MarketWatch.
Sistem Pemilu Prancis
Pemilu Prancis menerapkan sistem dua putaran. Seorang kandidat capres harus memenangi suara mayoritas di putaran pertama yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 April, untuk mengamankan posisinya mereka sebagai capres.
Dalam polling sementara untuk putaran pertama itu, Le Pen lah yang memimpin. Tetapi, Le Pen tidak akan sendiri karena kandidat yang memenangi suara mayoritas terbanyak setelahnya--Fillon atau Macron--juga akan maju ke putaran kedua yang akan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2017.
EUR/USD Di Low Dekat Paritas
Namun, pasar sudah banyak belajar dari preseden sebelumnya, yakni Brexit dan kemenangan Trump yang tak terduga mematahkan polling opini manapun. Sehingga, para investor lebih memilih memburu aset-aset safe-haven dan sell out Euro saja ketimbang ambil risiko lagi, kata Cincotta. Perdagangan semacam ini akan menjadikan tanggal pemilu sebagai "amplifier" (pengganda dampak).
Dalam perdagangan hari Rabu kemarin, merosot hingga ke low satu pekan terhadap Dolar AS dengan diperdagangkan pada angka 1.0650. Sedangkan saat editorial ini ditulis, EUR/USD diperdagangkan pada posisi 1.0698.
Kit Juckes, Kepala FX strategy di Société Générale, menjelaskan kepada The Guardian bahwa pihaknya mengekspektasikan EUR/USD akan menyentuh low di dekat paritas tahun ini, khususnya dalam tiga bulan ke depan selama masa kampanye Pilpres Prancis.
"Jika Le Pen tidak memenangi pemilu, kami berharap ada rebound yang sangat signifikan terjadi pada Euro di semester kedua tahun 2017 akibat valuasi dan dominasi aliran masuk modal kembali," kata Juckes.
