EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,147.57   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 1 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 1 jam lalu, #Saham AS

G20 Gagal Kompak, Harga Minyak Ikut Seret

Penulis

Harga minyak terpantau melandai, sejalan dengan terus meningkatnya aktivitas pengeboran shale di Amerika Serikat dan tetap tingginya suplai OPEC.

Seputarforex.com - Harga minyak terpantau melandai di hari Senin ini (20/3), sejalan dengan terus meningkatnya aktivitas pengeboran shale di Amerika Serikat dan tetap tingginya suplai OPEC. Di samping itu, kurangnya kohesi kebijakan perdagangan global yang mengemuka dalam pertemuan para menteri keuangan G20 di Jerman, turut memperburuk sentimen pasar.

 

G20 Gagal Kompak, Harga Minyak Ikut Seret

 

Uptrend Terhambat

Harga minyak mentah berjangka Brent menurun 20 sen di bawah harga settlement terakhirnya hari Minggu lalu, tepatnya ke kisaran $51.52 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan turun sekitar 30 sen ke harga $48.43 per barel.

Para menteri keuangan dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia memperingatkan bahaya devaluasi dalam upaya meningkatkan daya saing dagang masing-masing negara. Akan tetapi, pertemuan tingkat menteri tersebut gagal mencapai kesepakatan tentang upaya menjaga perdagangan global tetap bebas dan terbuka.

Sementara itu, para trader yang diwawancarai Reuters menyatakan bahwa harga minyak mengalami tekanan akibat peningkatan aktivitas pengeboran di AS dan tetap tingginya output negara-negara OPEC, meskipun telah dijanjikan pemangkasan berjamaah sebanyak 1.8 juta barel per hari (bph).

"Crude Oil telah berupaya keluar dari kisaran harga yang terbentuk tahun lalu... Namun, uptrend ini terhambat," catat perusahaan broker CMC Markets, "Sekarang ada momentum bagus dan kuat ke arah bawah (downtrend)."

 

OPEC Harus Perpanjang Masa Pembatasan Output

Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan peningkatan jumlah oil drilling rigs sebanyak 14 ke angka total 631, tertinggi sejak September 2015. Saat ini, output minyak AS telah melesat ke lebih dari 9.1 juta bph, dari 8.5 juta bph pada bulan Juni 2015.

Merespon tanda-tanda masih berlangsungnya limpahan surplus pasar minyak global, para spekulan memangkas pertaruhan mereka pada komoditas ini. US Commodity Futures Trading Commission (CFTC) melaporkan bahwa posisi net long pada kontrak futures dan options minyak AS menurun selama tiga minggu berurutan hingga penghitungan terakhir pada 14 Maret.

Hasil polling Reuters yang dipublikasikan pada hari Jumat menyebutkan, OPEC harus memperpanjang masa pembatasan output-nya hingga lebih dari Juni, guna menanggulangi peningkatan produksi minyak dari negara-negara di luar kartel tersebut, khususnya dari Amerika Serikat.

278128
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.