Seputarforex.com - GBP/USD turun cukup tajam di sesi perdagangan Jumat (12/Okt) malam ini, sehubungan dengan perkembangan terbaru mengenai Brexit. Selain itu, menguatnya Dolar AS pasca penurunan dramatis akibat aksi jual besar-besaran di pasar saham juga menekan Poundsterling.
Isu Perpanjangan Masa Transisi Brexit
Progres negosiasi Brexit masih menjadi faktor utama yang menggerakkan nilai tukar Poundsterling. Volatilitas Pound pun menjadi sangat tinggi karena munculnya kabar-kabar Brexit, baik yang positif maupun negatif. Selasa lalu, GBP/USD naik melesat karena kabar desakan BoE pada Uni Eropa terkait jaminan untuk perusahaan finansial. Namun Jumat malam ini, Pound justru turun tajam.
Berhembus rumor bahwa para pejabat Inggris menginginkan periode transisi yang lebih panjang untuk meninggalkan Uni Eropa. Pasalnya, mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan kesepakatan terbaru, terutama soal perbatasan Irlandia.
Kabar tersebut sebenarnya hanya berupa breaking news singkat yang bersumber dari kicauan Stewart Hampton, seorang trader senior di Global Macro. Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari media-media lain maupun Hampton sendiri.
PM Theresa May hari ini sedang berjuang keras untuk membentuk konsensus proposal Brexit agar segera diterima oleh semua pihak; termasuk di antaranya adalah jajaran menteri, Partai Konservatif yang menaunginya, serta para pembuat kebijakan Irlandia Utara.
GBP/USD Turun Drastis
Meski baru berupa rumor, dampak rumor Brexit terbaru ini cukup besar. Ditambah dengan Dolar AS yang sedang berusaha menguat, GBP/USD pun akhirnya terdorong turun hingga ke 1.3152, melemah sebesar 0.42 persen.
Para analis telah memprediksikan performa Pound semacam ini sejak awal. Salah satunya adalah Sarah Hewin, Kepala Ekonom Standard Chartered Eropa. Ia mengatakan, "Pasar masih mengambil pandangan bahwa hasil akhir (kesepkatan Brexit) yang paling mungkin adalah Deal Brexit. Untuk saat ini, (Sterling) tampaknya akan berubah arah setiap hari, setiap jam, dan setiap (ada) kabar penting. Akan tetapi, isu fundamentalnya masihlah sama."