Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat (26/5) merilis data Second Release GDP yang direvisi naik melampaui data GDP First Release. Meski meningkat, namun rilis data GDP AS malam ini membukukan kinerja lebih lambat di tengah kondisi perbaikan pasar tenaga kerja yang berada dekat Full Employment.
Laporan GDP AS Second Release kuartal pertama 2017 mencatatkan kenaikan 1.2 persen, melampaui kenaikan 0.7 persen dalam laporan sebelumnya (GDP First Release). Sementara itu, forecast ekonom menurut polling Reuters sebelumnya memprediksi ekonomi AS tumbuh 0.9 persen. Dengan demikian, data Gross Domestic Product Negeri Paman Sam yang rilis malam ini lebih baik dari harapan pasar.
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, maka GDP Second Release kuartal pertama 2017 masih lebih lemah. Revisi naik disebabkan oleh karena adanya peningkatan sektor belanja rumah tangga AS dalam beberapa bulan terakhir. Namun, Inventory Investment mencatatkan penurunan.
Pukulan Telak Untuk Presiden Trump
Kinerja GDP yang lemah di kuartal pertama tahun 2017 seolah menjadi pukulan telak untuk Trump dalam mewujudkan rencana ambisius-nya setelah menjadi orang nomor satu di AS. Trump pernah sesumbar bahwa beliau akan menggenjot perekonomian tahunan mencapai angka 4 persen, meskipun pada akhirnya administrasi Trump melihat angka 3 persen lebih realistis.
Bahkan administrasi Trump pun berencana menggolkan rencana pemangkasan pajak untuk perusahaan dengan tujuan agar target GDP tahunan 3 persen dapat tercapai. Namun lagi-lagi, ekonom merasa skeptis di tengah lemahnya produktivitas pekerja dan kurangnya tenaga kerja terampil di beberapa negara bagian.
GDP seperti yang rilis malam ini naik belum bisa mengambarkan secara keseluruhan kondisi perekonomian AS karena masih ada rilis GDP Final dan kuartal selanjutnya.
Dollar Berusaha Pangkas Kerugian
Seperti yang diketahui bahwa Greenback telah tertekan sejak beberapa hari terakhir versus berbagai major currency. Rilis data GDP yang melewati ekspektasi mendorong Dollar AS untuk memangkas kerugian terhadap Euro, dimana pada pukul 20:13 WIB pair EUR/USD berada di level 1.1164 atau berusaha menjauhi level tertinggi harian 1.1234.
Sementara itu, Sterling terlihat melemah yang disebabkan oleh meredupnya elektabilitas Theresa May jelang pemilu dini Inggris bulan Juni mendatang. Pair GBP/USD diperdagangkan pada level 1.2816 dan USD/JPY berada di level 111.23