EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,063.42   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 17 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 17 jam lalu, #Saham AS

Goldman Sachs: AS-China Tak Bakal Damai Sampai Pilpres AS 2020

Penulis

Hubungan perdagangan AS dan China yang semakin rumit membuat Goldman Sachs ragu jika solusi dapat tercapai tahun ini.

Seputarforex.com - Goldman Sachs tak lagi yakin jika AS dan China dapat menyelesaikan masalah perdagangan mereka sebelum Pemilu Presiden AS tahun 2020. Pernyataan salah satu bank raksasa yang diperhitungkan di dunia finansial tersebut muncul sesaat setelah AS secara menuduh China sebagai manipulator mata uang.

Senin kemarin (05/Agustus), Menteri Keuangan AS menuduh Beijing dengan sengaja mengutak-atik nilai tukar Yuan dan Dolar AS demi mendapatkan keuntungan dengan cara curang dalam perdagangan internasional. Pengumuman resmi AS tersebut dirilis tepat sehari setelah China menjatuhkan nilai tukar Yuan terhadap Dolar AS hingga mencapai angka 7 per Dolar; yang sekaligus menjadi level terlemah Yuan terhadap Dolar AS untuk pertama kalinya sejak tahun 2008.

usdcnh

Biang keladi dari semua carut-marut hubungan AS-China pasca kesepakatan gencatan perang dagang di KTT G20 Osaka akhir Juni lalu adalah ulah Trump, yang secara sepihak akan menambah tarif impor barang China sebesar 10% per September 2019.

 

Tak Akan Ada Solusi Sampai Tahun 2020

Para analis Goldman Sachs yang dipimpin oleh Kepala Ekonom Jan Hatzius, mengatakan bahwa mereka sudah mengantisipasi kondisi ini. Dalam catatan risetnya, Goldman Sachs menuliskan:

"Kabar-kabar (yang muncul) sejak pengumuman tarif Presiden Trump pada hari Kamis pekan lalu mengindikasikan bahwa para pembuat kebijakan AS dan China sedang mengambil langkah yang lebih keras; dan kami, sudah tak lagi mengekspektasikan kesepakatan perdagangan sebelum Pilpres 2020."

Menurut nara sumber yang diwawancarai oleh The Wall Street Journal pada hari Minggu (04/Agustus lalu), Trump memang ngotot untuk menambahkan tarif impor bagi $300 miliar barang-barang China yang belum menjadi target pajak AS sebelumnya. Presiden AS tersebut bahkan mengabaikan penolakan keras dari hampir seluruh tim penasihat perdagangannya.

"Sebelum ini, kami memang pernah mengasumsikan bahwa Presiden Trump akan mencari kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi prospek posisinya di Pilpres AS 2020, tetapi saat ini, kami mulai kurang yakin bahwa itulah tujuannya," imbuh analis Goldman Sachs.

289552
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.