Seputarforex.com - Di sesi perdagangan Jumat (25/Oktober) pagi, harga emas futures di bursa komoditas New York naik 0.6 persen ke $1,504.70 per ons. Sementara itu, harga emas spot naik 0.7 persen ke $1,501.97 per ons pada pukul 17:46 GMT, setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 11 Oktober di angka $1,503.81. Grafik XAU/USD berikut ini juga menunjukkan harga emas yang diperdagangkan di $1,502.37, menyusul kenaikan 0.79 persen di sesi perdagangan sebelumnya.
Data ekonomi AS yang lemah kemarin malam, semakin memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed minggu depan. Angka Durable Goods Orders AS untuk bulan September 2019 dilaporkan merosot dari 0.3 persen menjadi -1.1 persen. Angka tersebut bahkan lebih buruk daripada ekspektasi penurunan ke teritori minus 0.5 persen. Hasil mengecewakan ini diakibatkan oleh lesunya pesanan perlengkapan transportasi.
"Kemerosotan yang kita lihat sekarang adalah akibat dari melesetnya (ekspektasi) angka Durable Goods di Amerika Serikat," kata Bob Haberkorn, analis forex dari RJO Futures.
"Kita juga sudah melihat bahwa data-data ekonomi lain, baik Penjualan Ritel, PMI, ataupun Durable Goods di bulan sebelumnya, meleset dari perkiraan. Secara umum, semua itu menambah dukungan bagi pemotongan suku bunga The Fed lagi sebelum tahun ini berakhir," tambah Haberkorn.
Suku bunga The Fed yang lebih rendah akan menekan Dolar AS dan yield obligasi, sehingga meningkatkan daya tarik aset non-yielding seperti emas. Hal itu dijelaskan oleh analis Forex.com, Fawad Razaqzada, dalam pernyataan berikut ini:
"Satu hal yang dapat membantu menggenjot harga emas adalah yield. Saya perhitungkan, trend turun pada yield akan berlanjut karena secara fundamental, tak ada yang berubah.... Kita masih melihat bank-bank sentral global menyampaikan sentimen dovish, dan hal itu semestinya akan membuat yield-yield berada di bawah tekanan dalam jangka panjang," kata Razqzada.