EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,124.84   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 16 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 16 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Berupaya Beranjak Dari Level Terendah Satu Pekan

Penulis

Investor kini menantikan sejumlah rilis data dari Amerika Serikat, setelah sejumlah event mengungkap indikasi mengecewakan bagi harga minyak tadi malam.

Seputarforex.com - Harga minyak mentah pada hari Kamis pagi ini (19/1) beranjak dari level terendah satu pekan yang disentuhnya pada sesi perdagangan sebelumnya. Investor kini menantikan sejumlah rilis data dari Amerika Serikat, setelah sejumlah event mengungkap indikasi mengecewakan tadi malam.

 

Harga Minyak

 

Kenaikan Harga Minyak Bakal Picu Produksi Shale

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan naik 38 sen ke $51.46 per barel saat berita ini diangkat, setelah sempat terdampar di level rendah satu minggu di angka $50.91 pada hari Rabu. Sementara minyak mentah Brent yang menjadi harga acuan internasional, belum bergeming setelah ditutup melorot 2.8 persen di sesi perdagangan sebelumnya.

Kejatuhan harga minyak mentah terutama dipicu oleh pernyataan dari Fatih Birol, Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA), yang dianggap sebagai "pre-release" laporan bulanan EIA yang dijadwalkan keluar hari ini. "IEA mengatakan mereka mengekspektasikan harga minyak lebih tinggi akan memicu lonjakan signifikan output minyak shale AS, " ujar analis bank ANZ dalam sebuah catatannya, "Ini selaras dengan estimasi kami. Namun, kami masih mengharapkan pasar minyak untuk bergerak ke defisit signifikan pada paruh pertama 2017."

Sementara itu, laporan bulanan OPEC menyebutkan bahwa negara-negara anggotanya mengirim output total 33.085 juta barel per hari pada bulan Desember, atau turun 221,000 bph dibanding data November. Pengurangan output terbesar dilakukan oleh Arab Saudi, yang di awal pekan telah menyatakan akan memangkas besar-besaran lagi pada bulan Januari.

 

Nantikan Laporan Inventori AS

Sentimen di pasar minyak kini tengah terpecah antara ekspektasi rebound produksi minyak shale Amerika Serikat dan harapan akan tertanggulanginya masalah limpahan surplus dengan diberlakukannya pemangkasan produksi oleh negara-negara produsen minyak lain yang digawangi OPEC.

Di sisi lain, laporan inventori minyak AS dari American Petroleum Institute menyebutkan terjadinya penurunan sebesar 5 juta barel, meski awalnya diekspektasikan akan naik 300,000 barel. Namun, suplai gasolin melonjak 9.75 juta barel dan hasil distilasi naik 1.75 juta barel.

Ke depan, pasar akan menantikan data inventori versi Pemerintah AS yang akan dirilis nanti malam serta data rig count dari Baker Hughes pada hari Jumat.

277245
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.