Advertisement

iklan

EUR/USD 1.087   |   USD/JPY 149.210   |   GBP/USD 1.272   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,160.57/oz   |   Silver 25.31/oz   |   Wall Street 38,790.43   |   Nasdaq 16,103.45   |   IDX 7,339.24   |   Bitcoin 67,548.59   |   Ethereum 3,517.99   |   Litecoin 87.11   |   McDonald's (NYSE:MCD) mengalami masalah teknologi global yang signifikan pada hari Jumat, menyebabkan gangguan operasional di berbagai lokasi internasional, termasuk AS, Australia, Inggris, Jepang, dan Hong Kong, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,207, sementara Nasdaq 100 turun 0.3% menjadi 18,181 pada pukul 19:06 ET (23:06 GMT). Dow Jones turun tipis menjadi 39,218, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Michael S. Dell, CEO Dell Technologies Inc (NYSE: DELL), baru-baru ini telah menjual sejumlah besar saham di perusahaan tersebut. Ia membuang saham senilai lebih dari $145 juta dalam serangkaian transaksi, 5 jam lalu, #Saham AS   |   Reddit dan YouTube Google menghadapi tuntutan hukum yang meminta mereka bertanggung jawab karena membantu memungkinkan supremasi kulit putih membunuh 10 orang kulit hitam pada tahun 2022, 5 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Cuan Di Tengah Gejolak Anti-Pemerintah Iran

Penulis

Demonstrasi awalnya berfokus pada kesulitan ekonomi dan korupsi, tetapi kemudian menjadi reli politik terbesar dalam satu dekade di Iran.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex.com - Harga Minyak menanjak di awal perdagangan sesi Asia pada hari Rabu pagi ini (3/Januari), sementara ketegangan menggelora di Iran. Sejak pergantian tahun, demonstran anti-pemerintah tumpah ke jalan-jalan, menyerang pos-pos polisi, dan mendorong pemerintah untuk menutup sementara akses media sosial di Teheran.

Demosntrasi Anti-Pemerintah Iran Januari 2018

 

Protes Terbesar Dalam Satu Dekade

Demonstrasi di Iran yang pecah akhir minggu lalu, awalnya berfokus pada kesulitan ekonomi dan korupsi di dalam negeri, tetapi kemudian berubah menjadi reli politik terbesar dalam satu dekade. Sejumlah demonstran dan otoritas keamanan tewas, serta ratusan orang lainnya ditangkap. Kemarahan demonstran diarahkan pada rezim ulama yang telah memimpin Iran sejak Revolusi 1979, termasuk pimpinan tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Iran termasuk salah satu produsen minyak terbesar OPEC, sekaligus satu dari dua pengaruh dominan di Timur Tengah, tetapi kondisi ekonominya cenderung lemah. Saat ini Iran diketahui tengah terlibat proxy war dengan Arab Saudi di beberapa wilayah, termasuk Yaman, Irak, dan Syria. Demonstran menyatakan ketidaksukaan mereka pada intervensi luar negeri oleh pemerintahnya, serta menuntut ditingkatkannya penciptaan lapangan kerja bagi pengangguran angkatan kerja muda yang telah mencapai 29% tahun lalu.

Presiden Hassan Rouhani menuduh partisipan protes bukannya menuntut "roti dan air", melainkan menginginkan "lebih banyak kebebasan"; mengindikasikan bahwa demonstrasi sejatinya diarahkan untuk menggusur pemerintahannya. Indikasi tersebut diperkuat pula dengan fakta bahwa menyusul kabar merebaknya gejolak ini, Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu langsung menyampaikan dukungan pada demonstran.

 

Dilema Bagi Trump

Hal ini disinyalir menghadirkan dilema baru bagi Trump. Dalam dua pekan mendatang, ia harus memutuskan apakah akan melanjutkan pencabutan sanksi atas Iran, atau justru kembali mengingkari perjanjian sebelumnya dan menjatuhkan sanksi lagi. Bagi pasar Minyak global, penerapan sanksi kembali oleh AS, bisa berakibat pada terhampatnya ekspor minyak Iran.

Menurut para pakar yang diwawancarai Reuters, jika Trump kembali menjatuhkan sanksi atas Iran, maka itu akan melumpuhkan ekonominya. Namun, langkah tersebut juga bisa mengirim "pesan yang salah" mengenai dukungan AS bagi masyarakat Iran yang memberontak.

Pada Selasa malam, harga Minyak sempat melandai lantaran normalnya kembali aktivitas Forties Pipeline setelah penutupan selama dua pekan. Efek lancarnya jalur pipa minyak penting di Laut Utara tersebut, agaknya mampu mengimbangi risiko politik di Iran untuk sementara. Akan tetapi, pagi ini Brent dan WTI kembali mencuat lantaran aksi protes anti-pemerintah terus memanas. Saat berita ditulis, Brent naik 0.14% ke $66.56, sedangkan WTI naik 0.12% ke $60.40.

281710
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.