EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,148.30   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 2 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 2 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Naik Ke 80 Dolar Gegara Ricuh Sanksi Iran

Penulis

Analis energi ternama memperingatkan reli harga minyak bisa mencapai USD85 per barel pada bulan Juli, di tengah kuatnya kekhawatiran pasar.

Seputarforex.com - Harga minyak tipe Brent mencapai USD80.47 per barel pada perdagangan sesi New York tadi malam, untuk pertama kalinya sejak November 2014, akibat menguatnya kembali kekhawatiran mengenai dampak rencana Amerika Serikat untuk menerapkan sanksi atas Iran lagi. Saat berita ditulis pada awal sesi Asia hari Jumat ini (18/Mei), Brent sedikit melandai ke USD79.49 dan WTI flat di kisaran USD71.55 per barel, tetapi belum menunjukkan pembalikan harga yang signifikan.

 

Harga Minyak Naik Ke 80 Dolar

 

 

Total Akan Keluar Dari Iran

Setelah Presiden Donald Trump mengumumkan AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan akan kembali menerapkan sanksi pada negeri yang beribukota di Teheran itu, banyak perusahaan menjadi khawatir mengenai kelangsungan bisnis mereka di sana. Tadi malam, raksasa migas Prancis, Total, juga mengancam akan menarik diri dari investasi ladang minyak yang dijanjikannya di Iran, apabila tidak mendapatkan perlindungan dari kemungkinan penalti yang akan diberikan oleh AS.

 


"Total tidak akan melanjutkan proyek SP11 (South Pars 11) dan akan melepas semua operasional terkait sebelum 4 November 2018, kecuali bila Total diberikan kelonggaran spesifik bagi proyek ini oleh otoritas AS dengan dukungan otoritas Prancis dan Eropa."


 

Pernyataan Total tersebut dapat dimaknai sebagai tuntutan agar pihak Eropa mengambil langkah nyata, setelah pada akhir pekan lalu menyiratkan sikap menentang keputusan AS untuk menerapkan sanksi atas Iran. Di sisi lain, Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zanganeh, menanggapinya dengan ringan.

 


"Total telah mengatakan jika mereka tak mendapatkan pengecualian dari Amerika Serikat untuk melanjutkan pekerjaannya, maka mereka akan menarik diri dari kesepakatan (proyek). Jika itu terjadi, maka perusahaan China CNPC akan menggantikan Total."


 

 

Harga Minyak Naik Bisa Sampai USD100 Per Barel

Ancaman Total untuk menarik diri dari proyek migas Iran dianggap signifikan oleh banyak pihak. Pasalnya, itu menunjukkan bahwa mangkirnya AS dapat berakibat pada bubarnya keseluruhan perjanjian tahun 2015 yang telah mengijinkan Iran untuk kembali mengekspor minyak ke pasar internasional. Selain itu, jika Total mundur, maka perusahaan-perusahaan lain akan enggan untuk berinvestasi di Iran, sehingga melumpuhkan harapan Presiden Hassan Rouhani untuk menggairahkan kembali perekonomiannya; walaupun China kemungkinan justru gembira menyaksikan perkembangan ini.

Negara-negara anggota OPEC lainnya, termasuk Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab, telah mengatakan bisa mengisi kekosongan pasokan yang akan timbul jika Iran kena sanksi. Namun, analis Goldman Sachs memperkirakan mereka takkan melakukannya secara proaktif, karena OPEC masih berargumen pasar belum seimbang (sehingga perlu dilakukan pemangkasan output).

 


"Kekhawatiran tentang suplai ada di benak banyak orang setelah AS mundur dari kesepakatan nuklir Iran," kata Norbert Ruecker, pimpinan riset makro dan komoditas di Julius Baer Group Ltd, pada Bloomberg, "Kerusuhan geopolitik dan eskalasi kekhawatiran massa akan bertahan lama."


 

Analis energi ternama IHS Markit yang juga pemenang penghargaan Pulitzer, Dan Yergin, memperingatkan reli harga minyak bisa mencapai USD85 per barel pada bulan Juli. Dalam diskusi Squawk Box di CNBC, Yergin mengatakan itu bisa terjadi karena kombinasi dampak jatuhnya output di Venezuela yang dibelit krisis ekonomi, diperbaruinya sanksi AS atas ekspor minyak Iran, serta perang di Yaman dan Syria yang melibatkan negara-negara produsen minyak terbesar.

Menyusul pengumuman resmi perusahaannya, kantor berita AFP menyampaikan bahwa CEO Total, Patrick Pouyanne, bahkan memperkirakan harga minyak bisa kembali mencapai USD100 per barel dalam beberapa bulan ke depan.

283729
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.