EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.370   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.30/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,082.96   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 3 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 4 menit lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 11 menit lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 13 menit lalu, #Saham AS

Harga Minyak Terpuruk Digampar Brexit, Bisa Tenggelam Lebih Dalam

Penulis

Keputusan mayoritas rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi secara luas dimana permintaan akan minyak diperkirakan akan mengalami tekanan.

Harga minyak terpuruk sepanjang dua sesi trading hari Jumat ini (24/6), anjlok sekitar 6 persen (lebih dari $3) intraday. Keputusan mayoritas rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi secara luas dimana permintaan akan minyak diperkirakan akan mengalami tekanan. Saat berita ini diangkat, Brent diperdagangkan pada kisaran $48.55, sedangkan WTI di sekitar $47.79 per barel.

Brexit - ilustrasi

Victor Shum, analis perminyakan di IHS, mengatakan pada Reuters, "Sementara ini, semuanya turun mulai dari saham hingga minyak. Buruknya ekonomi di Inggris dan Eropa tak bagus bagi minyak, dan akan ada efek domino pada perekonomian lainnya di Asia."

Para analis pun menyatakan harga minyak bisa mengalami tekanan lebih berat ke arah bawah. Hans van Clef dari ABN Amro Amsterdam mengatakan, "Hari ini, semuanya adalah soal sentimen dan semua orang bertanya-tanya akan ada apa lagi berikutnya?...Akan menarik (memantau) bagaimana kita akan bertrading pekan depan, karena pada saat itu efek pertama telah berlalu dan pada suatu titik, pasar semestinya kembali memandang fundamental lagi."

Dan bila pasar telah kembali berfokus pada fundamental, maka ada kemungkinan harga minyak akan kembali merosot. Pasalnya, terdapat banyak sinyal bahwa penyusutan suplai minyak dunia berlangsung dengan lambat. Memang terjadi banyak gangguan produksi seperti yang terjadi di Nigeria. Akan tetapi, Timur Tengah dan Amerika Serikat masih menggenjot produksi dengan kekuatan penuh.

Nanti malam, Baker Hughes akan merilis data pekanan jumlah oil rigs di Amerika Serikat. Angka dalam data tersebut telah meningkat dalam tiga pekan terakhir, dan pasar akan memantau apakah angkanya masih terus melaju. Mengingat penurunan persediaan minyak mentah yang lambat di negeri Paman Sam, maka peningkatan oil drilling rigs bisa menjadi sinyal bearish yang cukup kuat bagi WTI.

 

267391
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.