EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.540   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.642   |   Gold 2,388.63/oz   |   Silver 28.68/oz   |   Wall Street 37,841.35   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,087.32   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   XAU/USD bullish efek masih berlanjutnya tensi konflik Israel-Iran, 11 jam lalu, #Emas Fundamental   |   Pasar bergerak dalam mode risk-off di tengah berita utama mengenai serangan Israel ke Iran, 11 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Poundsterling menemukan area support, meskipun sentimen risk-off membuat bias penurunan tetap terjaga, 12 jam lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/JPY bertahan di bawah level 192.00 setelah data penjualan ritel Inggris, 12 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 18 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 18 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 18 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 18 jam lalu, #Saham AS

Indeks Dolar AS Kembali Mencuat Setelah Ambruk Pasca-FOMC

Penulis

Pernyataan Federal Reserve pasca rapat FOMC memang tidak positif bagi Dolar AS, tetapi kemungkinan juga tak terlampau negatif bagi Greenback.

Indeks Dolar AS (DXY) menanjak 0.18 persen ke level 96.10 pada awal sesi Eropa hari Kamis ini (21/Maret), setelah sempat terperosok lebih dari 0.50 persen dalam perdagangan hari Rabu. Pasalnya, meski bank sentral AS (Federal Reserve) menyampaikan pesan yang nyata-nyata dovish pasca rapat FOMC, tetapi risiko ekonomi global telah meningkat dan sejumlah bank sentral lain diperkirakan akan mengikuti jejaknya.

DXY Daily

Update dot plot yang dirilis oleh Federal Reserve merefleksikan absensi rencana kenaikan suku bunga sepanjang tahun 2019, dan rencana kenaikan suku bunga hanya satu kali saja pada tahun 2020. Fed juga mengindikasikan bahwa mereka akan menghentikan pemangkasan neraca -salah satu pengetatan kebijakan moneter lainnya- pada paruh kedua tahun ini.

Proyeksi Fed tersebut lebih dovish ketimbang sejumlah ekspektasi pasar sebelumnya, meski investor telah mengantisipasi kemungkinan utak-atik arah kebijakan serupa. Akibatnya, Dolar AS langsung melemah terhadap sejumlah mata uang rival utamanya seusai rilis pengumuman Fed. Meski demikian, terdapat sejumlah aspek fundamental yang mengerem depresiasi berlebihan atas nilai Greenback.

Pertama, data-data dari berbagai negara di seluruh dunia telah mengindikasikan meluasnya perlambatan ekonomi global sebagai akibat dari konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Padahal, Presiden Donald Trump kembali banting setir dalam menyikapi masalah tersebut melalui pernyataannya pada hari Rabu. Ia menyatakan akan mempertahankan penerapan bea impor atas produk-produk China untuk "jangka waktu yang substansial", dan mengekspresikan keraguannya mengenai kemampuan China untuk memenuhi kesepakatan yang kemungkinan tercapai dalam jangka pendek.

Kedua, banyak bank sentral utama lainnya bisa mengikuti jejak Fed dalam mengadopsi arah kebijakan yang lebih longgar. Sebagai contoh, bank sentral Eropa telah merilis rencana peluncuran stimulus tambahan guna menanggulangi masalah hilangnya momentum pertumbuhan kawasan. Bank sentral Inggris yang akan mengumumkan pernyataan kebijakannya hari ini, juga diperkirakan bakal memilih untuk "wait and see" hingga ketidakpastian brexit sirna.

"Dua bulan lalu, pembalikan dovish oleh Fed diikuti oleh pembalikan dovish (bank-bank sentral) lainnya, menjaga 'kesenjangan ekspektasi kebijakan' relatif stabil," kata John Velis, pakar strategi forex dan makro BNY Mellon, kepada Reuters, "Meskipun tidak positif bagi Dolar, rapat (Fed pekan ini) pada akhirnya boleh jadi tak negatif bagi Dolar karena alasan yang sama."

287849
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.