Pasangan mata uang EUR/USD sempat menanjak sejengkal pada sesi Asia, tetapi selip ke kisaran 1.1030 pada pertengahan sesi Eropa hari ini (16/Oktober). Laporan CPI Zona Euro terbaru menunjukkan perlambatan inflasi dalam laju yang lebih buruk ketimbang estimasi awal. Data Neraca Perdagangan juga memperkuat sinyal resesi di kawasan 19-negara tersebut. Perdebatan seputar pelonggaran moneter ECB berpotensi mencuat kembali.
Eurostat melaporkan bahwa pertumbuhan harga-harga tingkat konsumen di Zona Euro hanya naik 0.8 persen (Year-on-Year) pada bulan September 2019, atau direvisi turun dari 0.9 persen pada rilis estimasi awal. Revisi tersebut merefleksikan laju inflasi konsumen terendah sejak bulan November 2016.
Dalam laporan berbeda, Eurostat menyatakan surplus perdagangan Zona Euro merosot dari 24.8 Miliar menjadi 14.7 Miliar, padahal sebelumnya diperkirakan hanya akan berkurang sampai 17.5 Miliar. Secara mengejutkan, laju impor malah merosot lebih cepat ketimbang ekspor selama bulan Agustus 2019, mengisyaratkan betapa drastisnya pelemahan permintaan domestik.
Beberapa laporan ekonomi terbaru ini kemungkinan akan meningkatkan perdebatan dalam tubuh bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengenai kebijakan moneter alternatif apa yang dapat diambil untuk menggenjot inflasi. Dalam notulen rapat kebijakan ECB terakhir, terungkap bahwa para pejabat tinggi berdebat sengit mengenai urgensi Quantitative Easing (QE).
Sebagian partisipan rapat ECB mengungkapkan kekhawatiran kalau suku bunga dipangkas berlebihan hingga masuk terlalu jauh di teritori negatif. Namun, sebagian lainnya lebih khawatir jika QE mengakibatkan instabilitas keuangan. Rapat tersebut menghasilkan keputusan akhir berupa pemangkasan suku bunga sebesar 10 basis poin dan peluncuran kembali program QE, tetapi pro-kontra terus berlanjut. Bahkan, salah satu pejabat eksekutif ECB dari Jerman diisukan mengundurkan diri karena kontroversi tersebut.