iklan |
iklan |
Seputarforex - Pound sterling kemarin sempat reli berkat depresiasi dolar AS dan pernyataan para pejabat bank sentral Inggris (BoE) yang cenderung hawkish. Namun, momentum melempem dalam perdagangan hari Jumat ini (10/Februari). GBP/USD terkekang pada kisaran 1.2120-an seusai rilis data Produk Domestik Bruto (GDP) Inggris pada awal sesi Eropa, sementara GBP/JPY malah turun hingga satu persen.
Grafik GBP/USD Daily via TradingView
Laporan GDP Inggris menunjukkan pertumbuhan -0.5% (Month-over-Month) pada Desember 2022. Angka tersebut menandakan penurunan lanjutan dari rekor -0.1% pada periode sebelumnya, sekaligus lebih buruk daripada estimasi konsensus yang dipatok pada -0.3% saja.
Perekonomian Inggris secara keseluruhan tak tumbuh sama sekali, atau 0% (Quarter-over-Quarter), pada kuartal keempat tahun 2022. Dengan demikian, Inggris menunjukkan kinerja sedikit lebih baik daripada prediksi BoE sebelumnya dan "hanya" nyaris mengalami resesi pada akhir tahun lalu.
Sejumlah analis berpendapat Inggris kemungkinan dapat menghindari resesi pula tahun ini, meskipun prospek ekonomi masih cukup menantang.
"Walaupun hawa dingin melanda pada bulan Desember, karena cuaca buruk, mogok kerja, dan kenaikan harga yang lebih tajam, perlambatan (ekonomi) itu tidak cukup dalam untuk mendorong Inggris ke dalam resesi. Masih ada kemungkinan perekonomian mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut tahun ini, tetapi bentangan air keruh di depan akan lebih dangkal dan tak sepanjang yang diperkirakan pada Musim Gugur (tahun lalu) ketika negeri juga sedang didera ketidakstabilan keuangan," kata Susannah Streeter, kepala pasar dan uang di Hargreaves Lansdown.
"Perlu diakui, jatuhnya harga borongan komoditas energi baru-baru ini menandakan bahwa pengeluaran riil rumah tangga akan meningkat pada paruh kedua tahun ini, mengatrol GDP (Inggris) bersamanya," kata Samuel Tombs, Kepala Ekonom Inggris di Pantheon Macroeconomics.
Sayangnya, penilaian ini tak mampu menjadi katalis positif yang kuat bagi pound sterling. Inggris masih menjadi satu-satunya negara maju yang terancam mengalami resesi dalam tahun ini. Apalagi jika BoE benar-benar menaikkan suku bunga lagi sebanyak 50 basis poin pada bulan Maret, tekanan ekonomi akan makin berat.