EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,327.43/oz   |   Silver 27.33/oz   |   Wall Street 38,503.69   |   Nasdaq 15,696.64   |   IDX 7,174.72   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 5 jam lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 5 jam lalu, #Saham Indonesia

Investor Jepang Diduga Jadi Biang Gejolak Yield Obligasi AS

Penulis

Naik-turun permintaan investor Jepang terhadap obligasi AS bisa jadi merupakan penggerak penting dalam gejolak pasar obligasi AS dan dinamika pasar forex belakangan ini.

Seputarforex - USD/JPY merupakan pasangan mata uang paling sensitif terhadap perkembangan yield obligasi AS belakangan ini. Ketika yield obligasi US Treasury bertenor 10-tahunan meroket sampai 1.62% pekan lalu, USD/JPY memuncak ke level tertinggi sejak Juni 2020. Setelah yield termoderasi pada kisaran 1.54%-1.55% hari ini (10/Maret), reli USD/JPY ikut mandek di bawah level 109.00. Sejumlah analis baru-baru ini mengungkapkan bahwa naik-turun permintaan investor Jepang terhadap obligasi AS bisa jadi merupakan motor penggerak penting dalam gejolak pasar obligasi AS.

USDJPY DailyGrafik USD/JPY Daily via Tradingview.com

"Aksi jual agresif dari para investor di Jepang yang bermula pada pertengahan Februari, hanya sebulan sebelum akhir tahun fiskal Jepang pada 31 Maret, menunjukkan bahwa Jepang telah menjual rata-rata sekitar USD3.3 miliar obligasi non-yen bertenor panjang setiap harinya, sejak pekan yang berakhir pada 12 Februari sampai pekan yang berakhir pada 26 Februari," ungkap Matthew Hornbach, Kepala Strategi Makro Global di Morgan Stanley.

Morgan Stanley mengatakan belum mengetahui tipe investor apa yang melancarkan aksi jual obligasi di Jepang tersebut, serta mata uang apa saja yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, dengan meninjau era Taper Tantrum pada tahun 2013, mereka mensinyalir bank-bank komersial Jepang kemungkinan memainkan peran vital.

Di sisi lain, aksi jual yang memicu lonjakan yield obligasi AS tersebut bisa jadi hanya berlangsung sementara karena sehubungan dengan tutup buku tahunan. Jepang dan China masih merupakan dua negara terbesar pemegang obligasi pemerintah AS. Apalagi mengingat selisih yield AS-Jepang yang lebih menguntungkan bagi pemegang obligasi AS.

"Sejarah menunjukkan para investor di Jepang tidak akan mengabaikan pasar obligasi AS selamanya, terutama karena tingkat yield yang lebih atraktif sekarang," tambah Hornbach.

David Tepper dari Appaloosa Management juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC bahwa kenaikan yield obligasi AS kemungkinan akan berakhir karena permintaan dari Jepang akan segera pulih. Ia menilai investor Jepang akan menjadi net buyer demi memperoleh yield yang lebih tinggi.

Aksi jual dan penurunan permintaan atas obligasi mengakibatkan lonjakan yield. Kenaikan yield obligasi pada gilirannya mendukung penguatan nilai tukar dolar AS, sekaligus mengurangi minat pasar bagi mata uang-mata uang high risk (AUD, GBP, IDR, dll) dan mata uang-mata uang ber-yield lebih rendah (EUR, JPY, CHF). Inilah sebabnya mengapa USD berhasil merajai pasar forex sejak akhir Februari. Tapi jika permintaan atas obligasi AS pulih dan yield menurun, reli bullish USD kemungkinan bakal berakhir.

Berikutnya, pelaku pasar akan memantau rilis data CPI Amerika Serikat nanti malam. Data tersebut kemungkinan memengaruhi ekspektasi inflasi dan yield obligasi AS. Apabila ekspektasi inflasi AS naik lagi, yield berpotensi ikut melonjak karena para investor domestik pun biasanya enggan membeli obligasi pada tingkat yield saat ini di tengah inflasi mendatang yang lebih tinggi. Sedangkan data inflasi yang lebih rendah dapat memangkas ekspektasi inflasi mendatang, sekaligus berkontribusi mengakhiri reli yield obligasi dan USD.

Download Seputarforex App

295348
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.