Advertisement

iklan

Anggota Kongres AS meminta penggantian Ketua SEC, Gary Gensler, dengan alasan penyalahgunaan kekuasaan dan promosi agenda politik yang kontroversial, 1 hari, #Kripto Fundamental   |   Kondisi jenuh jual berpotensi memicu koreksi XAU/USD, 1 hari, #Emas Teknikal   |   USD/CHF bertahan di dekat puncak beberapa bulan, di atas level 0.9200 berkat penguatan USD, 1 hari, #Forex Teknikal   |   Menurut analisa UOB, pergerakan EUR/USD selanjutnya adalah di level 1.0430, 1 hari, #Forex Teknikal   |   Emiten rumah sakit, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) menargetkan pendapatan usaha perseroan tumbuh 30% pada 2023, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Kepala Eksekutif Meta Platforms (NASDAQ: META), Mark Zuckerberg, meluncurkan produk AI baru untuk konsumen pada hari Rabu, 1 hari, #Saham AS   |   Komisi Perdagangan Federal AS mengajukan gugatan antimonopoli terhadap Amazon.com (NASDAQ: AMZN) dan meminta pengadilan untuk mempertimbangkan memaksa peritel online tersebut menjual asetnya, 1 hari, #Saham AS   |   Saham C3.ai (NYSE: AI) Inc. mengalami kenaikan signifikan sebesar 3.34% menjadi $24.42 pada hari Rabu, mengakhiri penurunan beruntun selama lima hari, 1 hari, #Saham AS
Selengkapnya

Kasus COVID China Kembali Naik, Harga Minyak Merosot

Penulis

Kemunculan kembali kasus COVID di Beijing akhir pekan lalu membuat otoritas terkait melakukan tes massal. Minyak semakin tidak berdaya di tengah antisipasi pasar jelang rapat FOMC.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Seputarforex - Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan awal pekan (13/Juni) karena kabar meningkatnya kembali kasus COVID di Beijing akhir pekan lalu. Harga minyak Brent melemah 1.54 persen pada kisaran $122.28 per barel. Sementara itu, minyak WTI (West Texas Intermediate) diperdagangkan melemah 1.64 persen di $119.70 per barel.

Harga minyak merosot

Pada akhir pekan lalu, otoritas resmi China mengumumkan kenaikan cukup signifikan kasus COVID di kota Beijing. Salah seorang pejabat mengatakan tentang penyebaran COVID ganas sehingga mengumumkan rencana untuk melakukan tes massal di Beijing hingga Rabu pekan ini. Tidak tertutup kemungkinan, kota besar China lainnya seperti Shanghai menghadapi risiko serupa.

Hal ini menjadi kabar buruk bagi komoditas minyak karena berpotensi memadamkan kenaikan permintaan dari Tiongkok. Di samping itu, kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi global dan perekonomian yang berada di tepi stagflasi (ekonomi stagnan sementara inflasi melonjak) membuat minyak mentah semakin tidak berdaya.

Rilis data CPI AS pada hari Jumat pekan lalu menunjukkan lonjakan inflasi konsumen sebesar 8.6 persen, melampaui ekspektasi kenaikan di 8.3 persen saja. Hal ini menjadi sinyal penting bahwa kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan pada Kamis (16/Juni)mendatang akan semakin agresif.

"Dolar AS yang semakin kokoh dan munculnya kekhawatiran terhadap stagflasi lebih kuat tahun ini terbukti merusak momentum bullish bagi komoditas seperti minyak mentah," kata Stephen Innes, analis komoditas SPI Asset Management mengatakan dalam sebuah catatan.

Innes kemudian menambahkan bahwa secara garis besar, kabar dari China tetap menjadi sentimen yang membebani harga minyak dalam jangka pendek. Hanya saja, sebagian pelaku pasar berpendapat adanya normalisasi permintaan minyak dari China dalam minggu-minggu mendatang meskipun saat ini sedikit terganggu oleh kabar lonjakan COVID di Beijing.

Download Seputarforex App

297808
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.