Semalam tadi, Saudi Arabia mengatakan kesediaannya untuk bekerja sama dalam mencapai stabilitas harga minyak. Pernyataan tersebut membawa minyak menguat hingga sesi perdagangan Asia pagi ini (24/11).
Tadi malam, para trader energi bereaksi terhadap komentar bullish yang dilontarkan oleh Ali bin Ibrahim Al-Naimi, Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Saudi Arabia mengenai kesediaan negera pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut bekerja sama dengan OPEC untuk menstabilkan harga. Dalam pidatonya pada acara seminar energi masa depan di Timur Tengah dan Afrika Utara, Al-Naimi mengindikasikan Saudi Arabia siap untuk menggunakan semua instrumen yang diperlukan untuk mengurangi ketidakstabilan di pasar energi global.
"Barangkali tepat disini untuk menyebutkan peran Kerajaan Saudi Arabia dalam stabilitas pasar minyak, dan kemauan serta perannya, (dalam) upaya berkelanjutan untuk bekerjasama dengan semua negara-negara pengekspor dan produsen minyak, baik dari dalam maupun dari luar OPEC dalam rangka mempertahankan stabilitas pasar dan harga," kata Al-Naimi, sebagaimana dikutip kantor berita resmi Arab Saudi dan dilansir oleh Investing. Komentar tersebut mengindikasikan bahwa Saudi Arabia akan mempertimbangkan untuk menurunkan output saat pertemuan OPEC berikutnya 4 Desember nanti.
Kontrak berjangka Brent sebagai tolok ukur harga minyak internasional berayun antara USD 43.59 dan 45.73 per barel sebelum menetap pada USD 45.13 atau melonjak sekitar 1 persen. Demikian halnya dengan minyak WTI (West Texas Intermediate) di bursa NYMEX yang menguat 0.72 persen menuju 42.06 Dolar AS per barel, setelah kemarin sempat anjlok hingga USD 40.57. Malam nanti, grup industri American Petroleum Institute akan melaporkan jumlah cadangan minyak di Amerika Serikat, yang diikuti oleh laporan resmi Departemen Energi AS sehari setelahnya.