EUR/USD 1.082   |   USD/JPY 151.420   |   GBP/USD 1.263   |   AUD/USD 0.653   |   Gold 2,188.79/oz   |   Silver 24.68/oz   |   Wall Street 39,760.08   |   Nasdaq 16,399.52   |   IDX 7,254.03   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 6 jam lalu, #Saham Indonesia

Krisis Utang Evergrande dan Krisis Energi Eropa Membayangi FX

Penulis

Indeks dolar AS mengunjungi rekor tertinggi sebulan pada kisaran 93.45, sebelum surut kembali ke kisaran 93.00.

Seputarforex - Pasar forex mengalami volatilitas tinggi sejak pembukaan Senin kemarin hingga awal sesi Eropa hari ini (21/September). Dua krisis pecah nyaris serentak, sehingga mengguncang sentimen pasar global. Keduanya yaitu krisis utang raksasa properti China, Evergrande, serta krisis energi Eropa yang terancam membikin perusahaan-perusahaan energi Inggris gulung tikar.

 

Krisis Utang China

Evergrande merupakan salah satu perusahaan terbesar di China yang berbasis pada bisnis properti. Perusahaan selama beberapa tahun terakhir berekspansi luas ke berbagai bidang lain -dengan modal utang-. Kini, Evergrande menyandang liabilitas sekitar USD305 miliar dan menjadi perusahaan properti dengan utang terbesar di China.

Beberapa pekan lalu, Evergrande memberikan peringatan bahwa pihaknya bakal menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya jika tidak mendapatkan suntikan dana. Demonstrasi massa langsung menyerbu kantor Evergrande. Sedangkan otoritas China kemarin menyatakan bahwa masalah Evergrande dapat berdampak lebih luas pada sistem keuangan jika tak segera distabilkan.

Evergrande menghadapi tagihan bunga obligasi senilai USD83.5 juta yang harus dibayar pada Kamis mendatang. Perusahaan hingga kini belum menyampaikan apakah akan mampu membayarnya atau tidak.

Sejumlah pihak memperkirakan pemerintah China pada akhirnya akan turun tangan membantu Evergrande. Namun, penyelidikan oleh Beijing masih terus berlangsung. Akibatnya, pasar langsung bergolak pada hari Senin. Saham-saham global rontok, demikian pula mata uang high risk seperti dolar Australia. Sebaliknya, aset safe haven seperti dolar AS menjadi incaran pasar. Indeks dolar AS bahkan mengunjungi rekor tertinggi sebulan pada kisaran 93.45.

"Rasanya seperti pasar menunggu otoritas China selama akhir pekan (kemarin) untuk menenangkan pasar dan membendung kekhawatiran dampak menular dari gagal bayar Evergrande yang akan datang, tapi tidak ada (pengumuman apa-apa)," kata Chris Weston, kepala riset broker Pepperstone, "Trader merasa krisis utang akan tiba."

"Risiko China membayangi dengan semua mata menyoroti dampak Evergrande. Pasar juga mengamati data inflasi dan rapat The Fed pekan ini, ditambah pemilu Jerman pada hari Minggu. Banyak orang -sepertinya kebanyakan investor- telah mengantisipasi sebuah koreksi pada September/Oktober setelah kenaikan solid (bursa saham) tahun ini dan mereka (akan) mendapatkannya," kata Neil Wilson, kepala analis pasar di Markets.com.

 

Krisis Energi Eropa

Di benua Eropa, lonjakan harga gas menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan korporat dan masyarakat di awal pekan. Rusia mendadak memangkas suplai gas ke Eropa, sehingga harga kontrak berjangka gas untuk pengiriman Oktober meroket 16 persen pada hari Senin. Masalah ini terutama berdampak negatif bagi Inggris yang merupakan importir gas neto.

Untungnya, pasar gas mulai terstabilkan dalam perdagangan hari ini. Harga minyak mentah yang merosot pada awal pekan juga mulai berkonsolidasi, sehingga menopang kurs mata uang-mata uang komoditas versus USD.

Indeks dolar AS sudah kembali stabil pada kisaran 93.00 saat berita ditulis. Namun, risiko terkait belum sepenuhnya sirna sehingga greenback bertahan pada rentang tertinggi.

Indeks dolar AS

Download Seputarforex App

296454
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.